Sunday, December 19, 2010

Paramadina Choir at International Summit - Unpredictable Progress

Tahun ini mungkin adalah tahun yang bersejarah bagi Paramadina Choir, sebuah unit kegiatan mahasiswa, tempat para mahasiswa yang punya suara bagus (ehem..) menyalurkan bakatnya.

Ada cerita menarik yang ingin saya bagikan di sini, tentang UKM yang saya ikuti ini.

Tahun ini, Paramadina Choir untuk pertama kalinya mengikuti kompetisi paduan suara di Universitas Tarumanagara, Jakarta tanggal 24 November kemarin. Latihan dilaksanakan selama 1 bulan, dengan persiapan yang tidak sempurna. Jelas hasilnya dong, kami bahkan tidak masuk final.

Bayangkan, yang kami lakukan hanyalah mencocokkan not dengan partitur lagu, kemudian menyanyikannya tanpa teknik. Kami dilatih oleh pelatih yang kualitasnya tidak perlu diragukan lagi. Beliau sangat berpengalaman dalam serba-serbi choir. Sayang, waktu yang ada sangat terbatas untuk melatih kami yang masih belum pernah ikut kompetisi.

Saat lomba, ada 2 lagu yang dibawakan yaitu Sepasang Mata Bola, dan Bendera. Kami adalah peserta dengan nomor urut ke-1. Bagaimana penampilannya? Ya, lagu pertama cukup lancar. Lagu kedua? Kami belum sempurna. Ada beberapa bar di partitur, di mana kami, suara tenor dan bass bahkan masih bingung kapan ketukan untuk mulai menyanyi. Alhasil, ya begitulah.

Saat kami ada di bangku penonton, melihat penampilan choir yang lain, malulah kami. Mereka menyanyikannya dengan cara yang sangat berbeda.

Setelah pengalaman pahit itu, beberapa hari kemudian, datanglah ketua choir kami, berkata dengan bangga dan menggebu-gebu: "Padus diundang untuk tampil di acara International Summit!! Membawakan lagu Sepasang Mata Bola, Bendera, dan SikSik Si Batu Manikam..." demikian disebutkan, pada tanggal 8 Desember. Wak, lagu yang sama dengan lomba. Pesan untuk latihan disebarkan lewat message di Facebook, dan acara dimulai tanggal 16 Desember 2010. Delapan hari latihan, untuk acara BESAR!

Ya ampun, bagaimana ceritanya kami diundang di acara sebesar itu? Ternyata, karena rekomendasi Pak Anies Baswedan, Rektor Universitas Paramadina.

Bayangkan, apa yang terjadi kalau kami tampil memalukan? Rusaklah nama Universitas Paramadina. Tapi, kami tidak ragu. Kami tetap mengikutinya. Nekat, tapi dengan perhitungan.

Paramadina Choir saat Gladi Resik di Kantor Kemendiknas

Ternyata, hasilnya berubah total. Bermodalkan rekaman-rekaman saat latihan bersama pelatih kami tercinta, ditambah dengan rekaman choir lain saat lomba, jadilah Paramadina Choir dengan model penampilan yang baru, penampilan yang berbeda.

Alhamdulillah, ternyata penampilan kami sama sekali tidak mengecewakan. Lagu terakhir, Sik Sik Si Batu Manikam mendapatkan atensi yang baik dari penonton.

Penampilan Paramadina Choir Pada Acara International Summit
Apa hikmahnya? Ternyata, terkadang butuh 'ancaman' untuk meningkatkan kualitas. Tanpa event ini, kami mungkin akan tetap seperti saat lomba, tidak berkembang. Dan, karena 'ancaman' itulah, dalam waktu singkat, kami bisa memperbaiki diri, meningkatkan kemampuan, dan mengalami kemajuan.

Dengan seragam yang sama, dan lagu yang sama, tetapi dengan kemampuan yang berbeda, Alhamdulillah Paramadina Choir tidak jadi memalukan Universitas Paramadina.

Dan, untuk selanjutnya, Paramadina Choir akan terus berkembang. Ini adalah awalnya, dan hasilnya? Tunggu saja.

2 comments:

sayangkalyantiga said...

ini hadiah ulang tahunkuuu dari paramadina choir,,,ahahaha

Imam Hidayat said...

Hehe,benar sekali, tapi setelah kenangan mengenaskan juga waktu lomba :P

Post a Comment

 
;