Wednesday, May 4, 2011 3 comments

Sakura Yo di Jakarta Japanese School

Minggu, 1 Mei yang lalu, aku dan teman-teman Paramadina mengikuti acara Paduan Suara 500 Mahasiswa untuk Jepang, negeri sakura yang sedang dilanda bencana gempa bumi beberapa waktu yang lalu. Lagu yang dinyanyikan berjudul "Sakura Yo", yang diciptakan oleh rekan-rekan dari Teater Enjuku. Lagu ini bagus sekali. Ini video-nya:



Aku bagian dari orang-orang yang menyukai  Jepang, karena itu, aku harus ikut. Acara ini sudah menjadi isu di kepalaku sejak 2 minggu sebelumnya, karena lokasinya, sekali lagi lokasinya, aku tak tahu. Lokasinya adalah di Jakarta Japanese School, Bintaro yang ternyata cukup jauh dari kampus.

Janji untuk berangkat bareng sudah disusun, tapi mendadak berantakan tepat satu hari sebelum hari-H.

Hari Sabtu, 30 April 2011, adalah hari yang tidak menyenangkan untukku. Aku melakukan kesalahan fatal saat suatu acara sehingga menyebabkan rundown acara jadi macet. Astaghfirullah.

Dan malamnya, orang yang sudah janjian akan berangkat bersama dengan kami membatalkan janjinya, berita itu malam sekitar pukul 9 atau 10, aku lupa.

Kembali lagi, masalah masuk di kepala.

Masalah ini diselesaikan di pagi harinya. Paginya, aku telepon orang-orang yang tinggal dekat lokasi acara ini. Lebih dari satu kali, berkali-kali konfirmasi, kalau mereka akan membantu kami. Ada dua orang yang tinggal di dekat situ dan bersedia membantu, yaitu Hanna, dan Kak Syir, teman-teman sopran di Paramadina Choir. Mereka akan menjadi tour guider kali ini.

Di undangan tertulis bahwa jika datang lebih dari jam 3, maka tidak boleh masuk. Wew, tentu saja aku harus berangkat cepat, karena tempatnya jauh, dan lokasinya itu lho. Jadinya, aku dan Gema, teman bass di Paramadina Choir berangkat bersama dari rumah kami.

Pukul 12.00, kami tidak langsung berangkat. Aku janji berangkat sama Gema jam 11.30, tetapi terlambat karena ada urusan dulu di kampus. Aku agak was-was. Saat berangkat ke kampus, aku pinjam sepeda Gema ini. Pulangnya, tidak ada cerita, harus ngebut! Dan sepeda Gema ini ada limit ngebutnya, dan ketika sampai rumah aku baru tahu kalau ternyata sepeda Gema tidak sehat. Pengayuhnya longgar ternyata. Jadi kalau aku nekat paksa cepat tadi, tidak tahu nasib di jalan menuju rumah, huff.

Dengan ngos-ngosan, pas adzan dzuhur. Setelah shalat, kami berangkat berdua. Saat di jalan, sebelum naik kopaja, kami baru ingat kalau uang di kantong tidak dalam keadaan aman. Terpaksa mampir di ATM. Selesai dari ATM, menunggu kopaja 20 dengan sabar. Sekitar pukul 12.20an, kami baru mendapatkan kopaja.

Tadi aku cerita soal Hanna. Dia bawa mobil untuk mengantar teman-teman Paramadina yang cewek. Mereka janjian sendiri. Tour Guider aku dan Gema adalah Kak Syir. Berangkatlah kami bertiga bersama-sama dari Terminal Lebak Bulus.

Dari sana, naik angkot merah nomor 08, dan kemudian berhenti di depan Bintaro Plaza. Sampai situ, ternyata Kak Syir pun tidak benar-benar yakin. Kami sempat bertanya-tanya dulu sebelumnya, dan akhirnya mendapatkan angkot juga. Angkot putih, yang aku ingat ada tulisan "jagung" di angkotnya.

Petunjuk yang diberikan kepada kami adalah, berhenti dipertigaan dan jalan sedikit untuk menuju Jakarta Japanese School (JJS), aduh, tapi pertigaan yang mana? Ada petanya, tapi tidak mudah dibaca juga. Kami tidak tahu posisi.

Oh iya, aku lupa cerita bahwa sebelumnya, peserta acara ini harus menggunakan kaos putih dan celana warna gelap. Nah, kebetulan, di angkot itu, ada seseorang yang memiliki ciri-ciri yang sama. Gema berbisik padaku waktu itu, "Mam, itu (sambil menunjuk cewek yang duduk disebelahku)..". Haha, aku sudah menangkap maksud Gema, mungkin cewek itu sama dengan kami tujuannya dan tahu tempatnya. Tapi, pada akhirnya sampai dia turun kami tidak mengatakan sepatah katapun untuk bertanya sama dia haha. Tampaknya cewek tadi janjian di McDonald di dekat situ.

Yah, lanjut, perjalanan berlanjut dan kami belum tahu harus berhenti di mana. Angkot ini kemudian berhenti di lampu merah. Tiba-tiba, di pinggir sebelah kiri, ada seseorang dengan kaos enjuku sedang memasang papan tulisan bertuliskan "Lokasi", wah, jelas saja, kami pelototi orang itu. Tapi, lho kok arah lokasinya terbalik dengan arah angkot kami?

Pusinglah kami bertiga. Dibanding nyasar lebih jauh lagi, kami turun setelah lampu merah itu di seberangnya. Kata sopir angkotnya, "Udah dekat kok, lurus saja itu dekat Indo Maret (atau Alfa Mart? lupa)." Lanjutlah kami berjalan ke arah yang ditunjuk.

Saat berjalan, aku lihat bapak-bapak menggunakan kaos enjuku dan Gema disampingku memperhatikan bahwa ada mobil bertuliskan, "Angkutan Peserta" disertai dengan poster Paduan Suara 500 Mahasiswa untuk Jepang. Spontan saja, ternyata bapak itu menyapa duluan, dan mengajak kami naik ke mobil avanza-nya, haha. Ya Allah, alhamdulillah. Kami dapat tumpangan gratis sampai di JJS. Ternyata mereka menyediakan angkutan gratis bagi peserta. Baik sekali.

Jakarta Japanese School, saat maghrib - Foto oleh Gema Wahyudi

Yah, akhirnya sampailah kami. JJS ini ternyata luas sekali, masuk ke dalamnya langsung terasa seperti ada di Jepang haha. Hal itu karena model bangunannya dan dari jauh terdengar orang teriak, "Konnichiwa" (selamat siang). Lengkap betul. Registrasilah kami, dan kemudian menunggu sampai acaranya dimulai. Masuk ke dalam, kami tidak boleh pakai sepatu. Kami diberikan masing-masing satu kantung plastik lengkap dengan nomor dan nama peserta. Sepatu diletakkan di situ.

Masuk ke dalamnya, lebih terasa lagi suasana Jepangnya. Sekolahnya rapi dan bagus sekali. Banyak tulisan Jepang di sana-sini. Di sekolah ini sejauh yang aku perhatikan ada lapangan bola dan kolam renangnya. Tempatnya sejuk dan asri sekali.

Saat berada di depan aula, ternyata ada koi nobori sedang digantung, cantik sekali. Pertama kali melihatnya di depan mata kepala sendiri.

Koi Nobori - Foto oleh Gema Wahyudi
Cap tangan dan huruf Jepang - Foto oleh Gema Wahyudi
Yah, sambil menunggu acara, foto-foto. Gema bawa kamera kesayangannya, dan itu jadi media dokumentasi yang ampuh sekali haha.

Bersama teman-teman Paramadina
Kalau mau lihat beberapa foto di album Facebook punyaku yang lain ada. Bisa dilihat walaupun tidak Sign In dengan klik di sini.

Yah, kemudian tiba pukul 3, kami di bawa ke aula yang ternyata juga tempat olah raga. Acara dimulai tepat waktu. Sebelum menyanyi, kami disuguhkan teater Tokyo Life Story oleh Teater Enjuku. Ceritanya tentang orang Indonesia yang baru datang ke Jepang dan mengalami culture shock. Dua tokoh utamanya kocak sekali. Kebetulan, salah satu anggota Paramadina Choir, Kak Fitri juga bermain di teater ini. Beberapa jepretan Gema ada di bawah ini.

Mereka sedang berada di dalam kereta ceritanya, yang berbaju biru adalah Kak Fitri

'Simulasi' Matsuri versi Teater Enjuku. Matsuri adalah sejenis festival di Jepang
Anggota Teater Enjuku di akhir teater menyanyikan Sakura Yo
Selesai teater, sebelum direkam, kami latihan dulu. Kelompok dipecah, diurutkan berdasarkan bulan lahir. Aku harus bergerak ke kelompok Agustus, dan ternyata, seorang tokoh utama teater tadi lahir dua hari setelah aku lahir (tanggalnya cek sendiri haha).

Akhirnya, mulailah saatnya perekaman video. Oh ya, video ini nanti akan dipublish di Youtube dan disiarkan ke media-media di Jepang. Lagu Sakura Yo ini, adalah lagu yang diperuntukkan kepada Jepang sebagai penyemangat, mengharukan sekali. Aku sempat merinding saat menyanyikannya, membayangkan perasaan orang-orang Jepang yang mendengar lagu penyemangat ini.

Mulailah perekaman. Rekaman terjadi 3 kali. Rekaman pertama, sebenarnya bagus, tapi ada beberapa orang yang memakai topi, jadi rekamannya diulang. Rekaman kedua gagal, karena ada sedikit suara ribut. Saat rekaman kedua ini, proses dihentikan di tengah jalan. Rekaman ketiga yang sukses. Kalau video-nya sudah di-publish akan kutaruh sini juga nanti. Tunggu posting selanjutnya ya.

Teman-teman 500 orang mahasiswa yang menyanyikan Sakura Yo untuk Jepang
Selesailah rekaman sekitar pukul 17.20 lebih. Setelah shalat ashar (telat) kami pun menikmati hanami bento, suatu paket makanan yang memang khusus untuk menikmati bunga sakura. Katanya di Jepang waktu itu Sakura sedang mekar. Tentu saja bunganya tidak ada. Kami makan di bawah tiang bendera, jadi sakura-nya digantikan tiang bendera, otomatis namanya bukan hanami bento, tetapi hatazao (tiang bendera) bento, haha.

menikmati Hanami bento? :P

Dan ternyata, tidak semuanya suka masakan Jepang. Di situ ada onigiri, sejenis lemper begitu, yang ada ikannya, telur dadar tebal, timun dan ayam. Aku makan semua kecuali timunnya. Beberapa teman seperti Gema dan lainnya tidak menghabiskannya karena tersendat saat makan lemper versi Jepang. Kasihan mereka. Bahkan ada yang mual dan akhirnya ditolong Kak Syir dengan memberikan balsem telon, ya ampun.

Walau demikian, pengalaman ini berkesan sekali. Setidak-tidaknya bisa merasakan Jepang di Indonesia. Semoga suatu saat nanti bisa betul-betul berkunjung ke negeri tempat bunga sakura yang indah itu mekar. (Amiin ya Allah).


n.b.
Terima kasih banyak buat Gema Wahyudi untuk foto-fotonya, tapi dia sendiri malah tidak ada fotonya. Ini orangnya:


Blog-nya di http://gemawahyudi.wordpress.com silakan berkunjung.
Tuesday, May 3, 2011 0 comments

Paramadina Choir at Europe Day 2011

Hari Kamis, tanggal 28 April 2011 yang lalu, Paramadina Choir tampil di acara Paramadina Europe Day 2011. Acara ini dilaksanakan di Auditorium Nurcholish Madjid Universitas Paramadina dari pagi sekitar pukul 08.30 pagi.

Acara kali ini cukup berkesan bagi kami semua, anggota Paramadina Choir, karena ini adalah kali pertama kami menggunakan kostum yang berbeda. Ya, pernah lihat foto-foto kami sebelumnya? Kami punya kostum berwarna kuning muda yang membawa sedikit kenangan buruk, haha. Kali ini berbeda dengan sebelumnya. Dengan dress hitam, kami semua lebih percaya diri.

Acara ini juga berkesan, karena ini adalah kali pertama Paramadina Choir didokumentasikan dan dipublikasikan. Silakan nikmati performance kami di video ini. Ini adalah video pertama Paramadina Choir di Youtube:



Kami membawakan 3 lagu hari itu: (1) Mars Universitas Paramadina; (2) Sepasang Mata Bola dan (3) Sik Sik Si Batu Manikam.

Kami dalam keadaan nervous waktu itu saat tampil, tapi hal ini menarik. Lagu Mars Universitas Paramadina berjalan dengan baik, saat lagu Sepasang Mata Bola, well, lagu ini belum sempurna kami bawakan haha. Tapi, lagu terakhir Sik Sik Si Batu Manikam, responnya baik sekali, Alhamdulillah. Ada 3 tepuk tangan untuk lagu itu. Ya, akhir yang baik, khusnul khotimah.

Dari kiri ke kanan: Aku (tenor), Ardie Ramadhana (tenor), Emanuel Agung Cahyono (tenor), Gema Wahyudi (conductor, bass), Indra Umbara (bass), Maemar Syamtar (tenor), Hangga Dwi Kencana (tenor)


Dibalik layar? Latihan kami tidak banyak, hanya sekitar 3-4 kali, karena lagu ini adalah lagu yang sudah melekat kuat di Paramadina Choir, karena alasan khusus.

Ada transformasi besar untuk Paramadina Choir. Insya Allah selanjutnya akan lebih mencetak banyak dokumentasi lagi (karena performance tentunya).

Seperti kata ketua kami tercinta: "Do the best in order to be the best!", cerita kami baru saja dimulai.
 
;