Friday, January 21, 2011 2 comments

Target, and Goal

Ini adalah pencerahan yang menurutku sangat menarik. Dialog ini terjadi di lantai 6 sebuah gedung di daerah Mega Kuningan, Jakarta Selatan, Hari Kamis, sekitar jam 5 sore.

Seseorang bertanya padaku, "Imam, kamu 10 tahun ke depan nanti jadi apa?"

Well, bingung juga jawabnya

"Belum tahu, pak" (beliau yang bertanya padaku adalah Bapak Budi Hartono, seorang yang ku kenal saat bekerja bersama teman-teman Paramadina, menjadi panitia di acara book launching Indonesia Global Compact Network).

Ya, aku jadi bingung juga. Bagaimana menjawab pertanyaan model berikut.

Pak Budi pun melanjutkan.

"Kamu pernah main bola?"

"Ya pak", jawabku.

"Waktu kamu main bola, apa yang pertama kali kamu lakukan bersama teman-temanmu?"

Apa ya? Aku gak suka bola... tetapi ternyata, jawabannya di luar dugaan, sesuatu yang pasti diketahui oleh siapapun..

Jawaban itu adalah: Mengeset gawang..



Gawang (goal), wah sebuah analogi yang tepat sekali.

Beliau melanjutkan

"Dengan membuat gawang, permainan menjadi jelas. Coba kalo gak ada gawang. Mau ngapain? Permainannya jadi gak jelas. Sama dengan kita. Dengan adanya tujuan yang jelas, hidup kita jadi tidak terombang-ambing."

Benar sekali, terkadang sering juga terbesit pikiran seperti itu, tapi kemudian pikiran dengan mudah menepis, "Ah, ngapain dipikirin"..

Beliau lalu melanjutkan

"Walau ada tujuan, kita juga harus menetapkan targetnya. Misal, ada orang bilang, 'saya mau punya rumah bagus'. Oke, tapi kapan realisasinya? Kalau target waktunya tidak ditetapkan, kita tidak tahu kapan itu akan terwujud. Apa yang kita pikirkan sekarang tentang diri kita di masa depan, maka seperti itu pulalah jadinya. Kamu bingung mau jadi apa? Ya, begitu pulalah kamu nanti di masa depan."

Aduh, terasa dilempar batu tepat di kepala...

Benar sekali, kapan realisasinya? Mau jadi apa kita 10 tahun ke depan? Itu merupakan pertanyaan yang sangat penting untuk di jawab. Tidak, bukan hanya di jawab, tetapi dicatat, dicermati, dan diwujudkan.

Dulu aku pernah mengepos 3 tulisan tentang membuang-buang waktu. Kini, hal itu Insya ALLAH tidak akan terjadi lagi.

Yuk, pikirkan dari sekarang.

Mau jadi apa kita 10 tahun ke depan?
Monday, January 10, 2011 1 comments

A Song In Saturday Night - Amigos Para Siempre

Ini adalah kemungkinan kerjaan orang yang tidak punya banyak opsi acara di malam minggu (tidak mengapeli dan tidak diapeli, haha): nyanyi pake gitar rame-rame.

Lagu ini pernah dibawakan Paramadina Choir saat acara wisuda di Universitas Paramadina Oktober tahun lalu, namun sayangnya lagu ini menyimpan kenangan buruk.

Saat Paramadina Choir tengah menyanyikan lagu ini (dan pada saat itu baru masuk reff), tiba-tiba sound yang menuju ke kami dan ke piano pengiringnya diputus, digantikan dengan lagu band. Bingunglah kami, dan dengan kebijaksanaan, conductor kami menghentikan penampilan kami.

Dengan lagu yang sama nadanya dengan waktu wisuda, aku dan 2 orang teman seasrama menyanyikannya kembali.

Silakan download hasil rekaman kami bertiga di bawah ini:
VoiceM_A0067.amr
VoiceM_A0068.amr
VoiceM_A0069.amr
VoiceM_A0070.amr

Cara download 4 file di atas, klik kanan, terus pilih "Save target as.." atau "Save link as.." atau sesuatu yang serupa. Kemudian pilih tempat penyimpanan yang sesuai dengan Anda, dan klik Save. Anda sudah men-download file-file di atas.

Atau versi mp3-nya biar lebih gampang, udah di zip, ukurannya sekitar 10 mega.:
Download di sini

Sebenarnya, download file *.amr-nya saja. Kalau Anda menggunakan Windows 7, Windows Media Player bisa membukanya. Atau, Anda juga bisa pakai Media Player Classic untuk membukanya.

Ini deskripsi dari 4 file di atas:
voiceM_A0067 - Anda akan mendengar intro, dan kemudian awal-awal menyanyi. Tapi, waktu itu aku salah kunci :P. Kunci yang seharusnya dimainkan untuk lagu ini adalah A C#m Bm Dm A, dan waktu itu yang dimainkan adalah A Bm.... riuhlah semuanya. Dengarkan saja biar lebih seru :)

voiceM_A0068 - Di sini kemajuan telah terjadi. Kunci tidak salah, tapi banyak suara yang ngawur. Lagu ini saat reff memiliki 2 jenis suara (untuk versi choir) tapi di sini ada 3 suara karena salah satu personil kami mengikuti nada pada salah satu video di youtube. Dengarkan saja biar jelas yang mana...

voiceM_A0069 - Well, harmonisasi telah terjadi. Mungkin ini adalah file yang terbaik di antara 4 file yang ada.

voiceM_A0070 - Ini rekaman terakhir. Sama saja dengan versi yang voiceM_A0069, hanya saja ada sedikit miss nada saat overtune.

Gitar dimainkan oleh: Imam Hidayat (ikut bernyanyi juga tapi)
Dua suara yang lain: Gema Wahyudi dan Emanuel Agung Cahyono

Mungkin ada yang mau ikut menyanyi, ini liriknya:

I don't have to say a word to you
You seem to know whatever mood I'm going through
Feel as though I've known you forever

You can look into my eyes and see
The way I feel and how the world is treating me
Maybe I have known you forever

[*]

Amigos para siempre means you'll always be my friend
Amigos para siempre means a love that cannot end
Friends for life not just a summer or a spring
Amigos para siempre

I feel you near me even when we are apart
Just knowing you are in this world can warm my heart
Friends for life not for a summer or a spring
Amigos para siempre

[end of *]

We'll share memories I won't forget
And we'll share more my friend we haven't started yet
Something happens when we're together

When I look at you I wonder why
There has to come a time when we must say goodbye
I'm alive when we are together

[Goto *]
[Overtune, naik 1 1/2 laras]
[Goto *]

Amigos para siempre 

Lagu ini bagus sekali kalau dinyanyikan oleh couple. Dan kali ini, yang menyanyikannya adalah 3 orang jomblo haha..

Enjoy our voice! 
Friday, January 7, 2011 0 comments

Deep Means Inside a Song - Make a Wave

Seringnya, kalau bertemu dengan lagu Indonesia, tema-tema umum dan khususnya nyaris sama: jatuh cinta, patah hati, and some other things that related each other with that kind of things. Semua sama, jarang ada lagu yang bisa memberikan sebuah filosofi yang dalam.

Ada satu lagu yang memiliki makna yang menarik di dalam liriknya, lihat berikut ini:

They say the beat of a butterflies wings
can set off a storm a world away

What if they're right and the smallest of things
can power the strongest hurricane

What if it all begins inside
We'd hold the key that turns the tide

[Chorus]

Just a pebble in the water
Can set the sea in motion
A simple act of kindness
Can stir the widest ocean

If we show a little love
Heaven knows what we could change
Just a pebble in the water
Make a wave, make a wave...

[End of Chorus]

The single choice to take a stand
Reach out your hands to someone in need
(help somebody)
Don't fool yourself and say you can't
You never know what can grow
From just one sea

So come with me and seize the day
This world may never be the same

[Go to Chorus, End]



Cari saja lagunya di Google, dinyanyikan oleh Joe Jonas dan Demi Lovato. Enjoy!
Wednesday, January 5, 2011 0 comments

Converting Subject

According to the previous post, then
I would like to convert the subject in my post after this post.

From using 'saya' become using 'aku'.
It's part of the transitional state.

Let's say goodbye for the too-formal language.
Converting subject is executed from now.

"Aku"
Imam Hidayat
0 comments

Transitional State

Dulu...

Saya hidup di wilayah persaingan ketat, primitif. Olimpiade fisika, keorganisasian, debat, dan karya tulis, dulu begitu senang rasanya, dan mudah.

Tapi, kini...

Start from zero, bergaul di lingkungan yang belum pernah disinggahi sebelumnya, asing, dan berbeda. Hidup terbuka, gaya bicara 'gue loe', gaya hidup kota, polusi, jauh dari orang tua, jauh dari mana-mana (Jakarta), keras lingkungannya..

Saya dulu hidup di wilayah sains, dan kini hidup di wilayah non-sains. Olimpiade fisika lawan paduan suara, gimana coba?

Paramadina, kini adalah lingkungan hidup saya. Di sana, orang begitu bebas menyampaikan sikap. Unit kegiatan yang ada di sana lebih ke menuju ke sosial dan seni: teater, tari, bahasa, paduan suara, capoeira, diskusi budaya, well..

Saat ada peringatan, entah hari apapun itu, paramadina merayakannya tidak dengan MC berbusana rapi atau berkebaya, namun dengan baju dandanan nyentrik sambil berpuisi. It's a shock.

What should I do?

Apa yang ALLAH rencanakan untuk saya?

Tentu, ada...

Sebenarnya, mana yang lebih mudah ditangani, masalah sains atau sosial? Jawabannya adalah masalah sains.

Di sains, semuanya jelas, berapa besar gravitasi bumi, diameter bumi, jarak bumi ke matahari, berat air setiap 1 meter kubik, nomor atom natrium...

Sedangkan, di sosial, semuanya serba abstrak. Tak ada kepastian. Semua berada dalam pernyataan kemungkinan dan probabilitas. Berapa jumlah orang baik setiap 10 orang? Tidak ada yang bisa jawab. Bahkan, apa itu orang baik? itu relatif.

Saat suatu wadah bocor dengan diameter kebolongan tertentu, saintis tinggal mencari perangkat untuk menutup lubang itu. Tapi, kebocoran sosial? Siapa yang bisa menambalnya?

Masalah sains yang berdampak besar apa misalnya? Pengembangan nuklir, global warming, rata-rata dampak efeknya baru akan benar-benar terasa puluhan tahun ke depan, bahkan lebih. Namun, ketika ada sedikit masalah sosial, pencurian, kekerasan, orang tidak perlu menunggu sekian tahun. Saat itu juga akan terasa.

Hai Imam, kini kamu diajari untuk menyikapi sesuatu lewat perasaan dan toleransi, tidak dengan pertimbangan ilmiah yang berlebihan. Kadang teori ilmiah, lebih terasa seperti dengungan nyamuk di masyarakat jika tak ada implementasinya.

Memang benar. Saya hidup nanti di masyarakat, tidak di dalam operating system komputer.

Ya, sudahlah. Mari menunggu hasil transisi ini.
Saturday, January 1, 2011 1 comments

Kaleidoskop 2010 - Mengenang Perjuangan, Mempersiapkan Masa Depan

Malam ini, sebuah tahun yang paling berkesan dalam hidup saya akan berakhir, digantikan oleh sebuah tahun yang seharusnya menjadi terbitan baru dari resolusi diri saya di masa depan.

Mengingat berada di akhir tahun, rasanya ingin sekali mengingat semua perjuangan yang telah terjadi di tahun ini.

Tahun ini adalah akhir dari era abu-abu. Ya, era SMA yang menyenangkan. Setelah berkutat dengan kertas ujian selama satu minggu, sekolah yang tercinta pun mulai ditinggalkan. Sekitar bulan Maret yang lalu, saya mulai berjuang keras, mencari kuliah untuk melanjutkan studi saya.

Teman-teman abu-abu saya :)

Studi saya, dibatasi oleh kendala finansial. I was not only just thinking about how to pass the enrollment test, but also about how to avoid the cost. Saya anak pertama, saya penopang punggung keluarga, kurang dari 5 tahun ke depan.

Berangkat dengan segala keterbatasan biaya, dan dengan impian bisa melanjutkan studi, saya mencari universitas-universitas untuk didaftari. Saya mengikuti beberapa program beasiswa di beberapa universitas seperti Universitas Paramadina, President University, dan Universitas Teknologi Yogyakarta. Selain itu, saya juga mengikuti program beasiswa D3 Metrologi ITB, yakni beasiswa penuh untuk belajar (tanpa living cost) yang diselenggarakan oleh ITB dan Departemen Perdagangan. Selain itu, saya juga mengikuti program beasiswa ke Malaysia yang diselenggarakan Bank CIMB Niaga, serta program beasiswa ke Jepang, Monbukagakusho.

Dan tidak lupa, mengandalkan SNMPTN untuk mengejar Teknik Informatika Universitas Bengkulu.

Ujian dilaksanakan di berbagai kota. Menyenangkan juga, bepergian ke luar kota sendiri, dan tidak ke satu kota saja. Pengalaman indah sekali.

Dari seluruh universitas yang saya daftari, yang paling saya harapkan adalah Universitas Paramadina. Mengapa? Karena program beasiswanya yang sangat komprehensif.

Paramadina, lewat program Paramadina Fellowship menerima sampai 100 orang mahasiswa yang akan dibiayai penuh, dari biaya sekolah sampai biaya hidup. Selain itu, juga akan diberi koneksi ke berbagai macam link yang tersedia di Jakarta, baik dari korporat, maupun lainnya.

Dana beasiswa berasal dari donor yang berasal dari tokoh-tokoh wirausahawan dan korporat yang namanya besar. Setiap mahasiswa yang diterima akan memiliki donor sendiri yang tidak hanya memberikan dukungan finansial, namun juga dukungan moral untuk pengembangan diri.

Kuliah dijatah hanya selama 3.5 tahun, dan itu sangat memacu sekali. Universitas ini kecil dan unik, dan dikepalai oleh seorang yang terkenal di bidang pendidikan, Bapak Anies Baswedan, Ph. D., seseorang yang juga merupakan tokoh idola saya.

Bagaimana proses seleksinya? Pendaftar mengirimkan berkas untuk diseleksi dan kemudian yang lolos akan di-interview.

Alhamdulillah, saya lolos tahap seleksi berkas dan berhak mengikuti interview. Ada cerita menarik saat interview ini.

Saya mendapatkan giliran interview via phone dan diberi giliran antara pukul 9 sampai 12 siang, menurut pemberitahuan. Kebetulan pada hari itu, siang harinya saya harus berangkat ke Palembang, untuk mengikuti seleksi program beasiswa ke Malaysia yang diselenggarakan Bank CIMB Niaga.

Saya resah sekali dalam rentang waktu 3 jam itu. Kamar saya tutup dan handphone saya pegang erat-erat. Lama sekali rasanya waktu itu, dan akhirnya sampai pukul 12 saya tidak ditelepon sama sekali.

Walau bingung, saya tidak bisa berbuat apa-apa. "Barangkali besok..." pikiran saya waktu itu. Ternyata tidak.

Saat saya sedang di jalan menuju pool bus Putra Rafflesia, yang akan mengantarkan saya ke Palembang, masuklah telepon dengan 3 nomor awal 021. Ya ampun, ini pasti dari Paramadina, dan ternyata: benar.

Saya sedang di angkot waktu itu, dan akhirnya saya minta dispensasi 20 menit sebelum memulai interview agar saya bisa duduk dengan nyaman. Well, ternyata tidak benar-benar nyaman. Saya naik bus ekonomi waktu itu. Penumpang penuh, dan suara mesin menderu tak karuan. Tak ada AC. Hanya bismillah saja yang bisa mengantarkan saya untuk memulai interview, di atas bus yang berjalan itu, selama 40 menit.

Ya, dengan selesainya interview itu, saya hanya bisa pasrah menunggu hasil.

Di Palembang, saya mengikuti tes beasiswa ke Malaysia. Saya lulus sampai hanya sampai tahap 2, yang isinya penilaian diskusi dan tes psikologi.

Setelah itu, melanconglah saya ke beberapa kota, dengan kendaraan darat dan laut. Trip pertama saya adalah ke President University. Tes di sini mengesankan, karena tempatnya bagus, dan pesertanya (bahkan yang ikut tes beasiswa) berpenampilan mewah. Well, mungkin perasaan saya saja. Saya diterima beasiswa kategori dua, yakni kuliah full dengan dengan 'hanya' membayar Rp. 60 jt rupiah.

Dokumentasi di depan Taman Pintar Yogyakarta

Selanjutnya, ke Yogyakarta. Saya ditemani dengan beberapa teman saya di sana. Ada satu teman saya yang baik sekali memberikan akomodasi selama saya di sana (transportasi, penginapan). Anda bisa kunjungi link ini : Abetia Fitriani

Di sana, saya melakukan tes untuk Metrologi ITB, dan Universitas Teknologi Yogyakarta. Alhamdulillah, saya lulus Metrologi ITB, sayangnya setelah dipikirkan baik-baik, saya tidak mengambilnya karena besarnya biaya hidup di Bandung.

Saya sempat mengunjungi kota kelahiran saya di Solo, Jawa Tengah. Saya tidak pernah ke sana semenjak tahun 2006. Kota itu telah banyak berubah. Senang sekali rasanya bisa mengingat masa kecil saya ketika tinggal di situ, masa kecil yang indah. 

Tanggal 17 Juli, pengumuman SNMPTN keluar. Saya diterima di Teknik Informatika Universitas Bengkulu, dan kemudian memutuskan untuk daftar ulang di sana.

Bersama keluarga tercinta di rumah eyang di Solo

Ternyata, tanggal 31 Juli, saya dinyatakan diterima di Universitas Paramadina. Sujud syukur langsung saya lakukan. Alhamdulillah, senang sekali impian atas pilihan utama saya menjadi kenyataan.

Tanggal 15 September 2010, saya meninggalkan Bengkulu untuk melanjutkan kuliah saya ini.

Di atas pesawat, di dalam hati, saya menggumamkan beberapa patah kata ini :

"
perjalanan ini adalah perjalanan yang berat..
perjalanan berat yang diiringi air mata ibu, ayah, dan adik tercinta
perjalanan berat yang membuat aku harus berbohong tegar, meninggalkan keluarga tercinta, walau hati menangis terluka
perjalanan berat yang harus kutempuh setelah melewati banyak cobaan..

namun, sesulit apapun nanti, akan kutempuh
demi mereka yang kucintai, tulus di dalam hati..

Ya ALLAH, iringilah jalan hamba..
Jagalah mereka ya ALLAH, karena kini doa hamba saja yang bisa menjangkau mereka
Lindungilah mereka, karena kini hamba tak bisa mencurahkan jiwa dan raga hamba untuk melindungi mereka


Kabulkanlah ya ALLAH...
"

Tanggal 16 September 2010, saya untuk pertama kalinya masuk ke Universitas Paramadina. Universitas Paramadina terletak di Jakarta Selatan, dekat sekali dengan patung pancoran yang sedang berpose menunjuk ke arah utara. Hanya sekitar 500 meter dari situ, menurut rambu lalu lintas.

Kini, saya tinggal di asrama bersama 23 teman saya yang datang dari berbagai wilayah di Indonesia: dari Aceh, sampai yang terjauh di Makassar. Kepribadian mereka yang unik membuat hidup ini menjadi semakin bermakna.

Bersama teman-teman Fellows Paramadina 2010

Sayang, saya kurang amanah memandang keberuntungan ini, sehingga hasil belajar saya kurang maksimal di sini. Kini, saya harus berjuang menghadapi UAS tanggal 10 Januari, untuk memperbaiki nilai saya yang terlanjur terbanting karena manajemen waktu yang sangat buruk.

Tahun 2010 begitu berkesan, maka seharusnya demikian juga tahun 2011. Perjuangan akan dimulai kembali, perjuangan untuk menentukan masa depan.

Dengan berakhirnya tahun 2010, maka tertutuplah kesempatan untuk mendapatkan kembali waktu-waktu yang telah terlewati. Kini, penyesalan atau kegembiraan kedepan, ditentukan mulai dari sekarang, di awal tahun yang gegap gempita ini.

Selamat Tahun Baru 2011. Mari berusaha untuk menjadi lebih baik :)
 
;