Wednesday, May 15, 2013 1 comments

Menjaga Motivasi

Kalau dipikir-pikir, apa yang membuat seorang mahasiswa bisa bangun setiap pagi untuk kemudian duduk berjam-jam di kelas dan mengerjakan banyak tugas yang menumpuk? Apa yang membuat seorang pegawai kantoran bangun pagi dan pergi ke kantor untuk mengerjakan begitu banyak perintah dari pimpinannya? Apa yang menyebabkan seorang ibu-ibu tua pagi-pagi bangun menjajakan barang dagangannya di pasar?

Tentu karena ada suatu motivasi. Ada sesuatu yang ingin seseorang capai dengan menjalankan suatu rentetan kegiatan-kegiatan itu. Setiap orang yang belajar, barangkali punya keinginan untuk menjadi seseorang yang pintar di kemudian hari. Setiap orang yang bekerja, barangkali punya keinginan untuk mendapatkan uang agar bisa membiayai keluarganya. Jauh sebelum kegiatan-kegiatan itu dimulai, pasti ada suatu pemikiran yang terlintas, berkecamuk, dan kemudian melahirkan gagasan untuk melakukan berbagai macam kegiatan untuk menuntaskan pikiran-pikiran itu..

Motivasi barangkali adalah sumber energi untuk setiap kegiatan itu. Setiap kali seseorang melakukan kegiatan, motivasi akan memperkuat langkah untuk mengerjakan segala sesuatunya. Motivasilah yang menggerakkan tubuh dan memberikan sugesti.

Namun, salah satu common fact yang menarik adalah: motivasi hanya kuat di awal saja.

Kalau motivasi dianalogikan di dunia nyata, mungkin motivasi itu adalah baterai. Saat baru dibeli, baterai itu terisi penuh dengan energi. Ketika energinya dipakai di berbagai macam perangkat, lama-lama total energinya akan berkurang, dan dalam keadaan tertentu akan habis dan tidak bisa dipakai.

Jika ingin baterai tetap bisa dipakai, maka secara berkala sebelum benar-benar habis, baterai itu harus di recharge. Energinya harus diisi agar kembali penuh. Dengan demikian, baterai tersebut bisa digunakan untuk  perangkat lainnya lagi, menjalankan aktifitas yang ada.

Salah satu hal yang lumrah dari manusia adalah derajat kekuatan imannya yang fluktuatif. Seiring berjalannya waktu, kekuatan iman naik dan turun seiring dengan berkurangnya umur. Perilaku serupa juga nampak di derajat kekuatan cinta seseorang terhadap sesuatu, dan juga nampak di derajat kekuatan motivasi seseorang.

Menjaga motivasi merupakan hal yang harus selalu dilakukan untuk menjaga semangat yang ada untuk melaksanakan aktifitas setiap hari. Maka dari itu, tiap mengerjakan sesuatu dan kita mulai malas, barangkali salah satu pertolongan pertama yang dapat dilakukan adalah dengan mengingat kembali tujuan awal.

Pertanyaan sederhana: "Untuk apa diri kita berjalan sejauh ini?"

Posisi yang kita dapatkan saat ini, merupakan akumulasi dari begitu banyak pengorbanan yang telah terjadi sebelumnya. Pengorbanan-pengorbanan itu tidak selalu dari diri kita sendiri. Ada banyak pengorbanan orang lain yang kemudian mengantarkan pada diri kita di posisi ini saat ini.

Paling tidak, untuk dapat berdiri tegak di posisi kita saat ini, ada pengorbanan orang-orang yang telah merawat kita sejak di dalam kandungan, hingga kemudian lahir, hingga kemudian bersekolah, dan hingga dewasa.. Ada perjuangan besar orang lain di dalam diri kita. Kita hidup dari perjuangan itu.

Lalu, akan kita tebus dengan apa pengorbanan-pengorbanan itu?

Pada intinya, everything running at cost. Segala sesuatu berjalan dengan suatu harga yang harus ditebus. Tidak mesti selalu uang. Paling tidak, waktu adalah harga yang harus selalu kita tebus. Kita tak selamanya hidup di dunia yang fana ini bukan? Suatu hari jatah waktu kita akan habis, dan jatah waktu itu bukan milik kita. Kita akan bertanggungjawab pada pemiliknya, pencipta alam semesta.

"... Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya." (QS Ali-’Imran: 159)

Monday, May 13, 2013 2 comments

Tentang Deduksi

Kadang-kadang aku terlalu percaya dengan logikaku sendiri. Ketika aku menemukan suatu kesimpulan atas sesuatu, aku akan sangat percaya dengan hasilnya. Tapi bukan tanpa sebab, karena aku sangat hati-hati dalam memilih dan memilah bukti. Apa yang aku dapatkan validitasnya sangat tinggi untuk standarku.

Maka, kadang-kadang ketika aku mendengar klarifikasi orang lain tentang suatu hal yang sudah aku analisis kesimpulannya, aku tidak mempercayai kata-kata mereka. Aku bisa tahu mana argumen yang merupakan penjelasan, atau mana argumen yang hanya alasan saja untuk menutupi sesuatu. Berdiplomasi denganku sulit, jadi langsung to the point sajalah. Aku tahu maksud mereka yang membutuhkan sesuatu, aku tahu maksud mereka yang ingin mendapatkan sesuatu.

Mungkin tidak terlalu baik, karena pasti ada kalanya dugaanku salah. Tidak ada deduksi yang selalu benar. Terkadang ada fakta yang terlewatkan sedemikian sehingga semuanya luput. Kesimpulan yang didapatkan pun menjadi salah alurnya.

Namun tentunya tidak selalu. Tentu frekuensi benarnya cukup tinggi. Karena itu aku benci orang yang mencari alasan untuk menghindari kesalahannya atau untuk menutupi sesuatu. Akui sajalah kalau memang bersalah, karena kalau sudah melewati analisisku, aku takkan mudah percaya pada siapapun. Apalagi untuk golongan-golongan orang yang suka mem-plot hidup orang lain supaya sesuai dengan rencana yang telah mereka susun. Menjadikan aku target akan membuang tenaga kalian lebih banyak.

Ketus sekali ya?
 
;