Tuesday, August 21, 2012 0 comments

Prasangka

Hal ini sering terjadi padaku ketika pada suatu malam hari (biasanya sebelum tidur) terlintas suatu pikiran yang bersifat praduga dalam bentuk prasangka buruk yang tiba-tiba datang tanpa permisi lalu mengaktifkan seluruh saraf minat investigasi di dalam kepalaku. Kalau itu sudah terjadi, hh.. lupakan saja untuk tidur karena berguling-guling di kasur hanya akan membuat pikiran buruk itu semakin kuat.

Ketika sindrom prasangka ini menguat dengan derajat yang signifikan, maka dibanding stres di tempat tidur, aku biasanya akan bangun dan membuka laptop, kemudian mengetikkan semua poin-poin yang harus aku selidiki dan pikirkan.

Ngg, by the way, akhir-akhir ini sindrom ini sering menjangkiti diriku, dan topiknya selalu sama sejak setahun yang lalu.

Saat berguling-guling di tempat tidur tadi, aku menyadari bahwa saat itu pengaruh emosi sangat tinggi, sehingga otak kemudian meng-generate begitu banyak kalimat tegas menusuk yang rasanya ingin cepat-cepat dilontarkan ketika bertemu dengan orang yang menjadi muara awal timbulnya prasangka tersebut. Ternyata setelah diproses di laptop, perasaan-perasaan tersebut perlahan-lahan lenyap.

Kalau dipikir-pikir, grafik naiknya emosi saat sejak timbul prasangka sampai membuka laptop itu mirip dengan kurva emisi benda hitam pada berbagai suhu, seperti di bawah ini.

Black body curves of Planck for various temperatures and comparison with classical theory of Rayleigh-Jeans. (http://en.wikipedia.org/wiki/File:Black_body.svg)

Lihat garis yang berwarna biru, persis seperti itu kenaikan emosinya. Dalam kasus aku ini, sumbu y merupakan derajat emosi dan sumbu x merupakan satuan waktu.

Yah, begitulah.

Hanya saja, saat membaca kembali, begitu banyak bukti-bukti dari prasangka tersebut yang terlanjur sudah terkumpul lewat berbagai media yang bisa diakses lewat internet. Jadi, terkadang aku malah jadi ragu dan bingung, apakah aku harus melanjutkan niatku untuk menguak kebenaran prasangkaku tadi atau tidak. Aku jadi agak khawatir dengan kesehatan mentalku sendiri. :(

Aku tidak ingin kehilangan kemampuan analisis atau minat investigasi yang aku miliki ini. Hanya saja aku berharap, waktu-waktu datangnya minat tersebut bisa lebih dikontrol.

Bisakah?

Huff.. Bismillah. Semoga saja.

Thursday, August 9, 2012 4 comments

Tentang Hari Ini

Posting ini bisa dikatakan.. random thought lagi. Yah, bagi yang mau baca silakan. :P

--{o}--

Hari ini adalah h-1 terakhir aku magang di kantor bersama teman-teman Paramadina di Rajawali Group. Entah kenapa suasana hari ini sedikit lebih cair dari biasanya. Nah, tiba-tiba terjadi percakapan berikut:

Tokoh dalam percakapan ini ada 3: Pak Hendry (supervisor ku di kantor) dan Bu Dian (atasannya Pak Hendry).

Pak Hendry: (karena suatu dan lain hal ada percakapan sebelumnya) "...nah ajak Imam aja itu makannya"

Bu Dian: "Lah, Imam pasti puasa ya gak mam? Gimana Hendry ini. Dari badannya aja, kelihatan walaupun gak puasa Imam pasti tiap harinya puasa."

Aku: -_-

Pak Hendry: "Iya, puasa anak kost"

Aku: Haha :D

Bu Dian: "Jangan-jangan ini Imam puasa biar dapet cewek ini. Gak dapet-dapet pula ya Mam ya?"

Aku: ... (dalam hati, "Emang kalau mau punya cewek harus puasa ya? Tirakat, atau nyantet gitu? -_-")

Lalu tiba-tiba Bu Dian bercerita bahwa dulu waktu beliau kost semasa kuliah, ibu kost-nya baik sekali, karena tiap pagi penghuni rumah kost-nya selalu dihidangkan makanan untuk sarapan pagi, dan makanannya banyak dan enak.

Setelah hiruk pikuk pekerjaan, lalu pulanglah aku dari kantor, jam setengah 6 lewat, telat buka sudah pasti, dan lupa bawa minum pula. -_-

Saat aku pulang, aku sempatkan mampir di warteg yang selalu aku lewati setiap berangkat pergi-pulang kantor. Aku langsung makan sekalian untuk berbuka di situ, sekitar jam 18 lewat belasan menit.

Tengah-tengah aku makan, tak sengaja aku mendengar sang anak pemilik warteg bercerita kepada ibunya, intinya bahwa dia kekurangan tidur, karena belajar terus. Sepertinya dia bersekolah di pesantren.

Lalu ibunya berkata, "Lah, prihatin lah nak, biar ilmunya masuk. Bersakit-sakit dahulu bersenang-senang kemudian.."

Tiba-tiba ada sekilas keheningan di kepalaku.

Anak kecil itu masih membela dirinya sendiri dengan polos. Sang ibu lalu berkata, "Nanti, kalau kamu udah sukses, mau tidur seharian juga boleh. Sekarang susah-susah dulu, kan masih belajar."

Dalam benakku, "..."

Benar juga..

Aku sudah lupa, bahwa memang seharusnya seperti itu. Itulah kenapa anak-anak yang dididik untuk mandiri saat sekolah, akan jauh lebih sukses dan berarti hidupnya. Aku punya banyak contoh teman-teman yang seperti itu.

Tiba-tiba aku seperti tersindir..

Ya, hidupku terlalu nyaman.

Aku masih muda, masih sanggup untuk lelah-lelah dan mengantuk-ngantuk untuk berpikir dan bekerja. Seharusnya aku tidak terlalu memanjakan diriku.

Mandiri, bukan berarti menyiksa diri kok. Hanya saja, kadar usahanya harus dimaksimalkan. Bukan hanya sekedar buka internet dan tidur-tiduran setiap hari, tetapi lebih dari itu, bekerja dan berpikir untuk sesuatu yang menghasilkan pola pikir dan kebiasaan yang baik pula.

Teguran ya.. Maha suci Allah.. di manapun, ada saja pembelajaran dariNya.

 
;