Saturday, July 23, 2011 2 comments

Cinta Lama

Ketika Anda mengklik link untuk post ini, maafkan jika Anda mungkin tidak mendapatkan apa yang Anda bayangkan dari apa yang saya tulis hahaha :P

Lebai barangkali ya kalo ditulis sebagai 'cinta lama', tapi aku dulu emang bener-bener suka sama yang satu ini. Dia adalah: Fisika.

Banyak orang yang tidak suka entah karena perkara apa. Tapi, sekalipun mereka tidak suka, toh mereka sebenarnya ketemu sama dia sehari-hari dalam keadaan tidak sadar.

Demi membela 'cinta'ku ini, aku dulu bela-belain dengan kesal, karena teman-temanku suka bertanya begini dengan merengut:

"Untuk apa belajar Fisika? Gak akan ada hitung-hitungan model gini nanti kalo kita udah dewasa"

Dan menjelaskan alasan kepada mereka untuk sedikit mulai menyukai salah satu subjek yang menarik ini adalah percuma.

Aku sendiri dulu juga tidak suka dengan Fisika, biasa saja. Tapi, gara-gara suatu kejadian konyol.

Suatu hari aku sedang les Fisika di sekolah, saat itu aku kelas VII di SMP Negeri 1 Bengkulu. Pelajaran waktu itu adalah tentang Gerak Lurus Beraturan dan Gerak Lurus Berubah Beraturan. Selagi sang Ibu Guru menjelaskan, aku malah kurang ajar main hang man dengan Alfalink temanku. Saking asyiknya, tidak melihat bahwa beliau memperhatikan aku dan akhirnya menegur aku.

Inti teguran itu adalah, "Kamu lagi ngapain, gak merhatiin apa yang saya berikan?". Satu hal, karena aku bukan orang kurang ajar yang suka buat orang sakit hati, maka aku bertekad untuk mendalami Fisika.

Langkah awalnya adalah dengan mulai menghafal definisi di buku cetak, apa itu gaya, apa bunyi Hukum Newton, apa definisinya, rumus-rumusnya.

Salah satu definisi yang aku masih ingat adalah tentang inersia. Di buku itu ditulis:

Inertia is a preference of an object to maintain its original state
Inersia adalah kecenderungan dari suatu benda untuk mempertahankan keadaan (gerak) nya

Ya, begitulah, hingga saat ulangan umum aku berhasil meng-upgrade nilai Fisika. Setelahnya, entah karena kualat, atau karena apa, aku jadi benar-benar mendalami Fisika.

Hingga aku berhasil mengikuti olimpiade fisika sampai tingkat nasional waktu SMP itu.

Selain itu, sepertinya takdirku juga di Fisika. Waktu aku kelas IX, ada suatu kejadian yang membuat aku harus berinteraksi dengan komputer (nanti aku ceritakan :P karena ini cukup panjang). Karena hal ini, aku jadi benar-benar suka komputer. Aku bisa membuat program dengan Bahasa Pemrograman Pascal dulu dan ternyata di SMA, ada olimpiade komputer.

Aku sempat bimbang sebenarnya, apakah aku harus melanjutkan kecintaan lama dengan mengikuti olimpiade fisika, atau aku harus mengubah jalur ke olimpiade komputer? Intinya, saat itu aku mengikuti olimpiade komputer, padahal, saat seleksi awal di sekolah, hasilnya sama sekali tidak memuaskan. Aku ada di peringkat 20an dari sekitar 30 anak yang ikut seleksi. Bodohnya, aku tidak membaca tanda. Tetap saja aku ikuti.

Ketika pelatihan, justru aku yang paling aktif dan kemudian dipilih untuk mengikuti olimpiade komputer untuk mewakili sekolah dan hasilnya: gagal. Aku bahkan tidak lulus seleksi tingkat kota.

Trauma? Jelas. Akhirnya, dengan tekad, aku mulai mempelajari olimpiade Fisika tingkat SMA sejak satu tahun sebelum lomba. Alhamdulillah, aku berhasil ikut olimpiade sampai tingkat nasional lagi, walaupun di setiap olimpiade yang aku ikuti ketika itu, aku tidak pernah mendapatkan medali, tapi aku pasti dapat cerita menarik, hehe. Kata-kata teman-temanku saat aku lulus olimpiade adalah, "Wah Mam, coba sejak kelas X kemaren ikut aja Fisika, pasti kamu dapat". Hmm, ya mengutuk masa lalu tidak ada gunanya. Itu telah terjadi.

Ya, dan berkat Fisika ini aku dapat banyak cerita menarik, inspirasi, dan kini apakah aku mengambil Fisika? No. Aku mahasiswa Teknik Informatika di Universitas Paramadina. Salah pilih lagi? Tidak! Aku akan buktikan.

Ini sebenarnya pembuka untuk satu post yang lebih panjang tentang apa yang aku alami saat ikut olimpiade Fisika saat SMP. Kejadian itu sangat berperan sebagai jalur hidup yang aku tempuh sekarang.

Please wait for the next post :)
 
;