Tuesday, November 1, 2011 0 comments

Return.

Pembaca yang budiman, lama saya tidak menulis posting di blog ini -_-

Karena seharusnya ada sesuatu yang ditulis, dan ternyata aku sedang dalam keadaan bingung sekali, maka setelah ini akan ada tulisan-tulisan yang menyusul untuk diterbitkan.

Ada janji yang belum dipenuhi di tulisan-tulisan yang sudah ada, dan ada pula cerita-cerita yang ditulis, tapi sebenarnya lebih banyak lagi. Ini udah berapa bulan ya sudah tidak mengisi?

Untuk menulis memang butuh pembiasaan. Produktifitas menulis yang sudah turun ini akan segera dikembalikan. Huff. Semoga bisa memenuhi kembali blog ini dengan cerita.

Salam :)
Saturday, July 23, 2011 2 comments

Cinta Lama

Ketika Anda mengklik link untuk post ini, maafkan jika Anda mungkin tidak mendapatkan apa yang Anda bayangkan dari apa yang saya tulis hahaha :P

Lebai barangkali ya kalo ditulis sebagai 'cinta lama', tapi aku dulu emang bener-bener suka sama yang satu ini. Dia adalah: Fisika.

Banyak orang yang tidak suka entah karena perkara apa. Tapi, sekalipun mereka tidak suka, toh mereka sebenarnya ketemu sama dia sehari-hari dalam keadaan tidak sadar.

Demi membela 'cinta'ku ini, aku dulu bela-belain dengan kesal, karena teman-temanku suka bertanya begini dengan merengut:

"Untuk apa belajar Fisika? Gak akan ada hitung-hitungan model gini nanti kalo kita udah dewasa"

Dan menjelaskan alasan kepada mereka untuk sedikit mulai menyukai salah satu subjek yang menarik ini adalah percuma.

Aku sendiri dulu juga tidak suka dengan Fisika, biasa saja. Tapi, gara-gara suatu kejadian konyol.

Suatu hari aku sedang les Fisika di sekolah, saat itu aku kelas VII di SMP Negeri 1 Bengkulu. Pelajaran waktu itu adalah tentang Gerak Lurus Beraturan dan Gerak Lurus Berubah Beraturan. Selagi sang Ibu Guru menjelaskan, aku malah kurang ajar main hang man dengan Alfalink temanku. Saking asyiknya, tidak melihat bahwa beliau memperhatikan aku dan akhirnya menegur aku.

Inti teguran itu adalah, "Kamu lagi ngapain, gak merhatiin apa yang saya berikan?". Satu hal, karena aku bukan orang kurang ajar yang suka buat orang sakit hati, maka aku bertekad untuk mendalami Fisika.

Langkah awalnya adalah dengan mulai menghafal definisi di buku cetak, apa itu gaya, apa bunyi Hukum Newton, apa definisinya, rumus-rumusnya.

Salah satu definisi yang aku masih ingat adalah tentang inersia. Di buku itu ditulis:

Inertia is a preference of an object to maintain its original state
Inersia adalah kecenderungan dari suatu benda untuk mempertahankan keadaan (gerak) nya

Ya, begitulah, hingga saat ulangan umum aku berhasil meng-upgrade nilai Fisika. Setelahnya, entah karena kualat, atau karena apa, aku jadi benar-benar mendalami Fisika.

Hingga aku berhasil mengikuti olimpiade fisika sampai tingkat nasional waktu SMP itu.

Selain itu, sepertinya takdirku juga di Fisika. Waktu aku kelas IX, ada suatu kejadian yang membuat aku harus berinteraksi dengan komputer (nanti aku ceritakan :P karena ini cukup panjang). Karena hal ini, aku jadi benar-benar suka komputer. Aku bisa membuat program dengan Bahasa Pemrograman Pascal dulu dan ternyata di SMA, ada olimpiade komputer.

Aku sempat bimbang sebenarnya, apakah aku harus melanjutkan kecintaan lama dengan mengikuti olimpiade fisika, atau aku harus mengubah jalur ke olimpiade komputer? Intinya, saat itu aku mengikuti olimpiade komputer, padahal, saat seleksi awal di sekolah, hasilnya sama sekali tidak memuaskan. Aku ada di peringkat 20an dari sekitar 30 anak yang ikut seleksi. Bodohnya, aku tidak membaca tanda. Tetap saja aku ikuti.

Ketika pelatihan, justru aku yang paling aktif dan kemudian dipilih untuk mengikuti olimpiade komputer untuk mewakili sekolah dan hasilnya: gagal. Aku bahkan tidak lulus seleksi tingkat kota.

Trauma? Jelas. Akhirnya, dengan tekad, aku mulai mempelajari olimpiade Fisika tingkat SMA sejak satu tahun sebelum lomba. Alhamdulillah, aku berhasil ikut olimpiade sampai tingkat nasional lagi, walaupun di setiap olimpiade yang aku ikuti ketika itu, aku tidak pernah mendapatkan medali, tapi aku pasti dapat cerita menarik, hehe. Kata-kata teman-temanku saat aku lulus olimpiade adalah, "Wah Mam, coba sejak kelas X kemaren ikut aja Fisika, pasti kamu dapat". Hmm, ya mengutuk masa lalu tidak ada gunanya. Itu telah terjadi.

Ya, dan berkat Fisika ini aku dapat banyak cerita menarik, inspirasi, dan kini apakah aku mengambil Fisika? No. Aku mahasiswa Teknik Informatika di Universitas Paramadina. Salah pilih lagi? Tidak! Aku akan buktikan.

Ini sebenarnya pembuka untuk satu post yang lebih panjang tentang apa yang aku alami saat ikut olimpiade Fisika saat SMP. Kejadian itu sangat berperan sebagai jalur hidup yang aku tempuh sekarang.

Please wait for the next post :)
Wednesday, May 4, 2011 3 comments

Sakura Yo di Jakarta Japanese School

Minggu, 1 Mei yang lalu, aku dan teman-teman Paramadina mengikuti acara Paduan Suara 500 Mahasiswa untuk Jepang, negeri sakura yang sedang dilanda bencana gempa bumi beberapa waktu yang lalu. Lagu yang dinyanyikan berjudul "Sakura Yo", yang diciptakan oleh rekan-rekan dari Teater Enjuku. Lagu ini bagus sekali. Ini video-nya:



Aku bagian dari orang-orang yang menyukai  Jepang, karena itu, aku harus ikut. Acara ini sudah menjadi isu di kepalaku sejak 2 minggu sebelumnya, karena lokasinya, sekali lagi lokasinya, aku tak tahu. Lokasinya adalah di Jakarta Japanese School, Bintaro yang ternyata cukup jauh dari kampus.

Janji untuk berangkat bareng sudah disusun, tapi mendadak berantakan tepat satu hari sebelum hari-H.

Hari Sabtu, 30 April 2011, adalah hari yang tidak menyenangkan untukku. Aku melakukan kesalahan fatal saat suatu acara sehingga menyebabkan rundown acara jadi macet. Astaghfirullah.

Dan malamnya, orang yang sudah janjian akan berangkat bersama dengan kami membatalkan janjinya, berita itu malam sekitar pukul 9 atau 10, aku lupa.

Kembali lagi, masalah masuk di kepala.

Masalah ini diselesaikan di pagi harinya. Paginya, aku telepon orang-orang yang tinggal dekat lokasi acara ini. Lebih dari satu kali, berkali-kali konfirmasi, kalau mereka akan membantu kami. Ada dua orang yang tinggal di dekat situ dan bersedia membantu, yaitu Hanna, dan Kak Syir, teman-teman sopran di Paramadina Choir. Mereka akan menjadi tour guider kali ini.

Di undangan tertulis bahwa jika datang lebih dari jam 3, maka tidak boleh masuk. Wew, tentu saja aku harus berangkat cepat, karena tempatnya jauh, dan lokasinya itu lho. Jadinya, aku dan Gema, teman bass di Paramadina Choir berangkat bersama dari rumah kami.

Pukul 12.00, kami tidak langsung berangkat. Aku janji berangkat sama Gema jam 11.30, tetapi terlambat karena ada urusan dulu di kampus. Aku agak was-was. Saat berangkat ke kampus, aku pinjam sepeda Gema ini. Pulangnya, tidak ada cerita, harus ngebut! Dan sepeda Gema ini ada limit ngebutnya, dan ketika sampai rumah aku baru tahu kalau ternyata sepeda Gema tidak sehat. Pengayuhnya longgar ternyata. Jadi kalau aku nekat paksa cepat tadi, tidak tahu nasib di jalan menuju rumah, huff.

Dengan ngos-ngosan, pas adzan dzuhur. Setelah shalat, kami berangkat berdua. Saat di jalan, sebelum naik kopaja, kami baru ingat kalau uang di kantong tidak dalam keadaan aman. Terpaksa mampir di ATM. Selesai dari ATM, menunggu kopaja 20 dengan sabar. Sekitar pukul 12.20an, kami baru mendapatkan kopaja.

Tadi aku cerita soal Hanna. Dia bawa mobil untuk mengantar teman-teman Paramadina yang cewek. Mereka janjian sendiri. Tour Guider aku dan Gema adalah Kak Syir. Berangkatlah kami bertiga bersama-sama dari Terminal Lebak Bulus.

Dari sana, naik angkot merah nomor 08, dan kemudian berhenti di depan Bintaro Plaza. Sampai situ, ternyata Kak Syir pun tidak benar-benar yakin. Kami sempat bertanya-tanya dulu sebelumnya, dan akhirnya mendapatkan angkot juga. Angkot putih, yang aku ingat ada tulisan "jagung" di angkotnya.

Petunjuk yang diberikan kepada kami adalah, berhenti dipertigaan dan jalan sedikit untuk menuju Jakarta Japanese School (JJS), aduh, tapi pertigaan yang mana? Ada petanya, tapi tidak mudah dibaca juga. Kami tidak tahu posisi.

Oh iya, aku lupa cerita bahwa sebelumnya, peserta acara ini harus menggunakan kaos putih dan celana warna gelap. Nah, kebetulan, di angkot itu, ada seseorang yang memiliki ciri-ciri yang sama. Gema berbisik padaku waktu itu, "Mam, itu (sambil menunjuk cewek yang duduk disebelahku)..". Haha, aku sudah menangkap maksud Gema, mungkin cewek itu sama dengan kami tujuannya dan tahu tempatnya. Tapi, pada akhirnya sampai dia turun kami tidak mengatakan sepatah katapun untuk bertanya sama dia haha. Tampaknya cewek tadi janjian di McDonald di dekat situ.

Yah, lanjut, perjalanan berlanjut dan kami belum tahu harus berhenti di mana. Angkot ini kemudian berhenti di lampu merah. Tiba-tiba, di pinggir sebelah kiri, ada seseorang dengan kaos enjuku sedang memasang papan tulisan bertuliskan "Lokasi", wah, jelas saja, kami pelototi orang itu. Tapi, lho kok arah lokasinya terbalik dengan arah angkot kami?

Pusinglah kami bertiga. Dibanding nyasar lebih jauh lagi, kami turun setelah lampu merah itu di seberangnya. Kata sopir angkotnya, "Udah dekat kok, lurus saja itu dekat Indo Maret (atau Alfa Mart? lupa)." Lanjutlah kami berjalan ke arah yang ditunjuk.

Saat berjalan, aku lihat bapak-bapak menggunakan kaos enjuku dan Gema disampingku memperhatikan bahwa ada mobil bertuliskan, "Angkutan Peserta" disertai dengan poster Paduan Suara 500 Mahasiswa untuk Jepang. Spontan saja, ternyata bapak itu menyapa duluan, dan mengajak kami naik ke mobil avanza-nya, haha. Ya Allah, alhamdulillah. Kami dapat tumpangan gratis sampai di JJS. Ternyata mereka menyediakan angkutan gratis bagi peserta. Baik sekali.

Jakarta Japanese School, saat maghrib - Foto oleh Gema Wahyudi

Yah, akhirnya sampailah kami. JJS ini ternyata luas sekali, masuk ke dalamnya langsung terasa seperti ada di Jepang haha. Hal itu karena model bangunannya dan dari jauh terdengar orang teriak, "Konnichiwa" (selamat siang). Lengkap betul. Registrasilah kami, dan kemudian menunggu sampai acaranya dimulai. Masuk ke dalam, kami tidak boleh pakai sepatu. Kami diberikan masing-masing satu kantung plastik lengkap dengan nomor dan nama peserta. Sepatu diletakkan di situ.

Masuk ke dalamnya, lebih terasa lagi suasana Jepangnya. Sekolahnya rapi dan bagus sekali. Banyak tulisan Jepang di sana-sini. Di sekolah ini sejauh yang aku perhatikan ada lapangan bola dan kolam renangnya. Tempatnya sejuk dan asri sekali.

Saat berada di depan aula, ternyata ada koi nobori sedang digantung, cantik sekali. Pertama kali melihatnya di depan mata kepala sendiri.

Koi Nobori - Foto oleh Gema Wahyudi
Cap tangan dan huruf Jepang - Foto oleh Gema Wahyudi
Yah, sambil menunggu acara, foto-foto. Gema bawa kamera kesayangannya, dan itu jadi media dokumentasi yang ampuh sekali haha.

Bersama teman-teman Paramadina
Kalau mau lihat beberapa foto di album Facebook punyaku yang lain ada. Bisa dilihat walaupun tidak Sign In dengan klik di sini.

Yah, kemudian tiba pukul 3, kami di bawa ke aula yang ternyata juga tempat olah raga. Acara dimulai tepat waktu. Sebelum menyanyi, kami disuguhkan teater Tokyo Life Story oleh Teater Enjuku. Ceritanya tentang orang Indonesia yang baru datang ke Jepang dan mengalami culture shock. Dua tokoh utamanya kocak sekali. Kebetulan, salah satu anggota Paramadina Choir, Kak Fitri juga bermain di teater ini. Beberapa jepretan Gema ada di bawah ini.

Mereka sedang berada di dalam kereta ceritanya, yang berbaju biru adalah Kak Fitri

'Simulasi' Matsuri versi Teater Enjuku. Matsuri adalah sejenis festival di Jepang
Anggota Teater Enjuku di akhir teater menyanyikan Sakura Yo
Selesai teater, sebelum direkam, kami latihan dulu. Kelompok dipecah, diurutkan berdasarkan bulan lahir. Aku harus bergerak ke kelompok Agustus, dan ternyata, seorang tokoh utama teater tadi lahir dua hari setelah aku lahir (tanggalnya cek sendiri haha).

Akhirnya, mulailah saatnya perekaman video. Oh ya, video ini nanti akan dipublish di Youtube dan disiarkan ke media-media di Jepang. Lagu Sakura Yo ini, adalah lagu yang diperuntukkan kepada Jepang sebagai penyemangat, mengharukan sekali. Aku sempat merinding saat menyanyikannya, membayangkan perasaan orang-orang Jepang yang mendengar lagu penyemangat ini.

Mulailah perekaman. Rekaman terjadi 3 kali. Rekaman pertama, sebenarnya bagus, tapi ada beberapa orang yang memakai topi, jadi rekamannya diulang. Rekaman kedua gagal, karena ada sedikit suara ribut. Saat rekaman kedua ini, proses dihentikan di tengah jalan. Rekaman ketiga yang sukses. Kalau video-nya sudah di-publish akan kutaruh sini juga nanti. Tunggu posting selanjutnya ya.

Teman-teman 500 orang mahasiswa yang menyanyikan Sakura Yo untuk Jepang
Selesailah rekaman sekitar pukul 17.20 lebih. Setelah shalat ashar (telat) kami pun menikmati hanami bento, suatu paket makanan yang memang khusus untuk menikmati bunga sakura. Katanya di Jepang waktu itu Sakura sedang mekar. Tentu saja bunganya tidak ada. Kami makan di bawah tiang bendera, jadi sakura-nya digantikan tiang bendera, otomatis namanya bukan hanami bento, tetapi hatazao (tiang bendera) bento, haha.

menikmati Hanami bento? :P

Dan ternyata, tidak semuanya suka masakan Jepang. Di situ ada onigiri, sejenis lemper begitu, yang ada ikannya, telur dadar tebal, timun dan ayam. Aku makan semua kecuali timunnya. Beberapa teman seperti Gema dan lainnya tidak menghabiskannya karena tersendat saat makan lemper versi Jepang. Kasihan mereka. Bahkan ada yang mual dan akhirnya ditolong Kak Syir dengan memberikan balsem telon, ya ampun.

Walau demikian, pengalaman ini berkesan sekali. Setidak-tidaknya bisa merasakan Jepang di Indonesia. Semoga suatu saat nanti bisa betul-betul berkunjung ke negeri tempat bunga sakura yang indah itu mekar. (Amiin ya Allah).


n.b.
Terima kasih banyak buat Gema Wahyudi untuk foto-fotonya, tapi dia sendiri malah tidak ada fotonya. Ini orangnya:


Blog-nya di http://gemawahyudi.wordpress.com silakan berkunjung.
Tuesday, May 3, 2011 0 comments

Paramadina Choir at Europe Day 2011

Hari Kamis, tanggal 28 April 2011 yang lalu, Paramadina Choir tampil di acara Paramadina Europe Day 2011. Acara ini dilaksanakan di Auditorium Nurcholish Madjid Universitas Paramadina dari pagi sekitar pukul 08.30 pagi.

Acara kali ini cukup berkesan bagi kami semua, anggota Paramadina Choir, karena ini adalah kali pertama kami menggunakan kostum yang berbeda. Ya, pernah lihat foto-foto kami sebelumnya? Kami punya kostum berwarna kuning muda yang membawa sedikit kenangan buruk, haha. Kali ini berbeda dengan sebelumnya. Dengan dress hitam, kami semua lebih percaya diri.

Acara ini juga berkesan, karena ini adalah kali pertama Paramadina Choir didokumentasikan dan dipublikasikan. Silakan nikmati performance kami di video ini. Ini adalah video pertama Paramadina Choir di Youtube:



Kami membawakan 3 lagu hari itu: (1) Mars Universitas Paramadina; (2) Sepasang Mata Bola dan (3) Sik Sik Si Batu Manikam.

Kami dalam keadaan nervous waktu itu saat tampil, tapi hal ini menarik. Lagu Mars Universitas Paramadina berjalan dengan baik, saat lagu Sepasang Mata Bola, well, lagu ini belum sempurna kami bawakan haha. Tapi, lagu terakhir Sik Sik Si Batu Manikam, responnya baik sekali, Alhamdulillah. Ada 3 tepuk tangan untuk lagu itu. Ya, akhir yang baik, khusnul khotimah.

Dari kiri ke kanan: Aku (tenor), Ardie Ramadhana (tenor), Emanuel Agung Cahyono (tenor), Gema Wahyudi (conductor, bass), Indra Umbara (bass), Maemar Syamtar (tenor), Hangga Dwi Kencana (tenor)


Dibalik layar? Latihan kami tidak banyak, hanya sekitar 3-4 kali, karena lagu ini adalah lagu yang sudah melekat kuat di Paramadina Choir, karena alasan khusus.

Ada transformasi besar untuk Paramadina Choir. Insya Allah selanjutnya akan lebih mencetak banyak dokumentasi lagi (karena performance tentunya).

Seperti kata ketua kami tercinta: "Do the best in order to be the best!", cerita kami baru saja dimulai.
Saturday, April 23, 2011 1 comments

Metode Curhat A La Imam Hidayat

Kalau kamu sedang ada masalah, apa yang kamu lakukan?

Ya, banyak orang mungkin cerita ke orang lain, apakah ke teman, pacar (ehmm), orang tua, saudara, kakak, adik dan sebagainya.

Kalau aku, aku cenderung malu menceritakannya ke orang lain untuk kasus-kasus tertentu. Percaya tidak percaya, aku lebih senang curhat ke Microsoft Word..

Lho? Mentang-mentang anak TI? Haha. Tidak juga.

Ini tampilan Microsoft Word-ku kalau sedang curhat:



Aku percaya bahwa setiap orang itu tidak sendiri, sekalipun ia hanya sendiri. Di dalam dirinya ada 2 jiwa, 1 adalah yang ia rasakan, dan 1 lagi adalah sisi lain yang hidup di dalam dirinya dan selalu memberikan sugesti yang baik. Ia hidup di dalam hati setiap orang.

Sering bukan mendengar frase 'hati kecil'? Aku percaya ia bisa diajak komunikasi.

Interface yang digunakan untuk curhat ini seperti chatting. Seolah-olah aku sedang bicara dengan diriku sendiri, seperti orang gila, selesai aku menceritakan masalahku, aku akan dengarkan baik-baik kata-kata yang timbul sendiri dari hatiku, lalu menuliskannya di situ.

Percaya tidak percaya, terkadang ada teguran dari dalam diri sendiri, cemoohan, pujian, tanggapan menarik yang semuanya terekam. Karena dokumennya kusimpan di komputer.

Saat ada gambar yang bisa mendukung, aku bisa letakkan di situ. Interaktif, dan sangat membantu. Karena, saat seseorang curhat dengan metode biasa, ia tidak merekamnya. Solusinya tidak terekam detail. Kalau seperti ini tentu lebih membantu.

Ini juga saran, kalau curhat, mendingan lewat chatting dengan seseorang tempat curhatmu. Karena solusinya bisa dibaca.

Tapi, mendengarkan dirimu sendiri, menurutku adalah yang terbaik, walau mungkin tidak selalu.

Ya, hanya sekedar berbagi cerita di siang satu hari sebelum Hari Minggu ini.
Sunday, March 20, 2011 0 comments

Memori...

Terkadang ia menyakitkan untuk dikenang.
Karena ia menyusun kejadian buruk di masa lalu
Namun ia adalah bit-bit berharga,
bit-bit yang menyimpan ingatan, yang mengajarkan sesuatu.

Tapi ia juga menyimpan kenangan manis.
Hanya saja, kenangan manis itu hanya di awal.
Karena waktu menggerogotinya,
menjadi butir-butir sakit kenangan lama.

Lupakanlah, maka hidup menjadi hampa.
Peliharalah, tapi..
dunia ini tidak kekal.
Apa yang kausimpan bisa jadi telah mati...
mati menjadi ingatan sedih.

Tetapi tidak, jangan lupakan!
Karena ia adalah pelajaran,
pelajaran hidup yang mengajarkan
bahwa aliran waktu sangat berarti.

Ia boleh lewat dan telah lalu,
tapi aku terus akan maju,
menjadi diriku yang baru.
Friday, March 18, 2011 0 comments

Dilema Idealis

Menjadi orang yang idealis adalah sebuah penderitaan tersendiri. Aku sendiri yang nyaris tergolong kesitu merasakan dampaknya secara umum: ingin bekerja sendiri, tidak percaya dengan orang lain, ingin semuanya perfect...

Baguskah yang seperti ini?

Tidak juga.

Menjadi idealis tidak apa-apa, jika seseorang memang mampu menjadi idealis. Masalahnya adalah, ketika ada orang yang menjadi idealis tapi memiliki derajat motivasi yang rendah, ia akan stres sendiri.

Contoh simple saja. Anggap ada sebuah kelompok dengan beberapa anggota yang salah satu anggotanya adalah orang idealis. Setiap anggota kelompok mendapatkan jatah kerja sendiri-sendiri, berbagi tugas. Biasanya sang idealis adalah leader-nya.

Akhirnya, di akhir waktu, sang leader mendapatkan hasil kerja teman-temannya. Tibalah pada proses editing tugas.

Percaya atau tidak, sang idealis biasanya merasa ada banyak yang tidak sesuai dengan pemikirannya dan kemudian mengedit seluruh tugas itu sendirian.

Sulit....

Sedangkan, kalau bekerja perseorangan, ketika mengerjakan suatu project misalnya, biasanya sang idealis akan berpikir keras. Ia ingin menciptakan sesuatu yang sempurna, berbeda, dan menarik.

Tapi, terkadang hal itu tidak tercapai. Ia malah tidak mengerjakan apa-apa.

Jadi, baguskah idealis?

Bagus, hanya saja butuh motivasi ekstra untuk menjaga agar ide selalu cemerlang dan tidak malas. Itu resiko, orang yang idealis banyak perannya. Tapi, pada peranan yang salah, ia pula yang merusak segalanya.

Ya, brainstorming di pagi hari yang cerah ini.
Sunday, March 13, 2011 0 comments

Antara Patung Pancoran dan JCC Senayan

Mungkin ini waktunya belajar untuk berani pergi-pergi. Huff, sebenarnya aku adalah orang yang takut bepergian. Entah kenapa premis ini udah ada di mind-set ku: berangkat itu mudah, tapi pulangnya, belum tentu.

Dan kemarin adalah pengalaman yang cukup menarik.

Beberapa hari yang lalu, laptopku rusak. Harddisk-nya kayaknya tergores. Itu rasanya mau mati bener sumpah deh. Sekarang bayangkan, karya-karya, tugas-tugas, program komputer, semuanya ada di laptopku. Mungkin ada sekitar 180 GB data terancam hilang.

Berkat bantuan dari flashdisk-ku yang dimodifikasi, Alhamdulillah, datanya bisa diselamatkan, walaupun hanya sepertiganya.

Karena kejadian itu, aku berencana untuk membeli harddisk eksternal, untuk mam-backup data.

Nah, alkisah, di Jakarta Convention Center Senayan, sedang diadakan Mega Bazaar Computer, dari tanggal 9 - 13 Maret. Harga barang-barang yang related dengan komputer harganya sedang turun.

Nggak tahu kenapa ya, rencana untuk pergi ke situ sudah muncul bahkan sejak pertengahan Februari, tapi tidak pernah ada waktu (dan teman. Aku nggak tahu lokasi JCC itu di mana).

Hingga tadi malam, akhirnya aku dapat teman untuk ke sana.Tapi waktunya mepet sekali. Tadi malam, tanggal 12 Maret (berarti 1 hari sebelum hari akhir pameran), setelah latihan Paramadina Choir pukul 18.00 kemarin sore, salah satu kakak angkatanku Kak Syir, berencana untuk ke sana. Dia berencana bertemu dengan temannya di situ.

Bukankah ini kesempatan bagus? Aku dapat teman. Tapi...

Saat itu aku bingung, waktu sudah menunjukkan jam 19.00. Berangkat nggak ya, berangkat nggak ya, itu terus yang jadi masalah. Mungkin ada 20 menitan untuk memutuskan bahwa aku jadi ikut. Ya, dalam kondisi seperti ini, kemampuan filsafatku keluar. Teman-temanku bilang, aku ini kebanyakan mikir. Ya, sekedar ngambil keputusan untuk ikut saja setengah mati, hahaha.

Konflik batinku waktu itu, ya, aku berangkat ke sana ada temannya. Tapi, pulangnya? Naik apa? Berhenti di mana? Aku nggak tahu. Ini Jakarta, bukan kota asalku Bengkulu. Tersesat di Bengkulu dengan bekal jalan kaki aja cukup, tapi di Jakarta. Oh, no.

Tapi, kalau aku tidak berangkat malam ini, aku nggak bakalan dapat kesempatan besoknya (hari ini). Karena jadwalku cukup padat. Hari Senin ada kuis, aku harus belajar. Oh, tidak, berangkat nggak ya...

Akhirnya, keputusannya adalah: berangkat. Setelah lewat diskusi alot dengan Kak Syir di depan kampusku (Universitas Paramadina) di iringi dengan burung merpati tak bertuan yang mendarat di tengah jalan. Eh, tunggu, ini cerita lain.

Burung merpati itu aneh, mendarat di tengah jalan Gatot Subroto yang ramai. Alhasil, ada sedikit kemacetan di situ. Mana tega orang ngelindes burung yang tak berdosa. Anehnya, burungnya bandel, dia sudah ditendang oleh salah satu pengendara motor tapi tidak terbang, hahaha.

Jinak-jinak, merpati.

Oke, lanjut ke cerita semula. Akhirnya berangkatlah aku ke JCC sekitar jam 19.30an ditemani beliau.

Naik kopaja 66, topik pembicaraan yang menjadi fokus utama pembicaraan kami waktu itu adalah, "nanti pulangnya aku dari mana kak? ... terus turunnya di mana? ... oh, di simpang kuningan, naik 66? ... yang dekat kampus itu kan kak?" hahaha. Too many question and confirmation. Mungkin pusing Kak Syir waktu itu jawab pertanyaan-pertanyaanku yang relatif tidak penting, hahaha. Ya, sekarang aku bisa ketawa nulis ini, tapi kalau ingat kemarin, aduh. Pokoknya bismillah aja deh berangkat itu.

Akhirnya berhenti di depan GBK. Jalanlah dari situ. Kami tiba di JCC sekitar jam 8an. Waw, tinggal 1 jam. Pukul 9 pameran ditutup.

Ya, kaki sudah agak letih, and there is no chair available. Masuk ke JCC, suasana cukup ramai. Pertama masuk yang kelihatan jajaan-jajaan laptop. Aku cari harddisk eksternal. Oke, dengan feeling, bergeraklah kami ke kanan gedung itu. Ternyata bukan tempat jual aksesoris komputer, tapi tempat jualan aksesoris kamera. Oke salah jalan.

Waktu tinggal 1 jam, dan keperluan yang kucari bahkan posisinya tidak tahu. Nah, samar-samar terlihatlah simbol huruf i di dalam lingkaran. Alhamdulillah, pusat informasi.

Aku bertanya tentang tempat penjualan aksesoris komputer. Kata mbak-mbak di situ, "Oh, mungkin di hall b mas, tapi coba cek di plenary hall dulu, soalnya lebih dekat". Oke, jalanlah kami ke situ. Ternyata plenary hall bukanlah tempat orang jualan harddisk eksternal. Oh Tuhan, keluarlah kami dari hall itu dan sampai di sebuah lorong.

Wah, ini harus ke mana...

Oh, syukurnya di situ ada peta, touch screen. Untunglah, tapi masalah pada peta itu adalah, arah di peta itu tidak jelas. Kami tidak tahu kami sedang menghadap arah mana. Ya, dengan rundingan dan feeling, lalu kami cari jalan yang benar.

Lurus, belok kanan, samar-samar ada tulisan merk harddisk yang aku kenal. Ternyata ya, Alhamdulillah. Oke, harganya sudah tahu, dan aku baru ingat, aku belum mengambil uang, dan tadi di pusat informasi aku tidak tanya di mana posisi ATM.

Wah gimana ini.. bingung sumpah. Udah jauh-jauh, mengorbankan keselamatan diri malam-malam, dan pulang dengan tangan hampa, wah itu bukan rencana. Kak Syir kuminta tinggal di tempat itu, dan aku kembali ke pusat informasi. Berbekal ingatanku tentang peta di koridor tadi, dan sedikit keberuntungan aku berjalan ke sana secepat-cepatnya.

Alhamdulillah, tempat pusat informasi itu ketemu. Setelah agak ngos-ngosan, dan nabrak-nabrak serta menginjak kaki orang, aku tanya ke mbak-mbak disitu, "Di sini ada ATM gak mbak?", jawabnya, "ATM Bersama mas?" tanya mbak itu. Wak, keringat dingin mengucur, aku bilang, "Bukan mbak, ATM BCA", dan mbak itu jawab, "nggak ada mas..."

jelegeerrrr, jelegeerrr. Oh, tidak...

Kembalilah aku, eh di jalan baru terpikir, kenapa aku gak tanya di tempat jual harddisk tadi bisa debit atau tidak? Oh, bodoh, sudah jauh-jauh kenapa tidak aku tanya. Kalau aku tanya dulu bisa pakai debit atau tidak masalah beres sampai di situ.

Kembali ke tempat itu, dan aku tanya dengan deg-degan, "Mas, di sini bisa debit?", jawab mas itu, "Kalo BCA bisa mas." Oh, Alhamdulillah.

Oke, ambil nota, minta barang yang mau ku beli, harddisk eksternal 320 GB, antri di kasir, dan selesai Alhamdulillah. Dapat mug pula, lumayanlah.

Ya, selesai urusanku di situ, tinggal tanggung jawabku lagi. Gantian, aku yang menemani Kak Syir. Dia menunggu temannya. Sambil menunggu kami keluar dari pameran itu, keluar dari gedung JCC, dan masalah selanjutnya muncul.

Di mana ini? Ini bukan pintu masuk tadi.

Astaghfirullah, tiket hanya berlaku satu kali dan kami telah keluar. Masuk lagi dan mencari jalan keluar yang lain bukan hal yang bisa dilakukan. Ya, setelah bertanya ke satpam, kami mengitari gedung itu.

Well, waktu sudah menunjukkan sekitar 20.50, dan kami belum duduk. Setidaknya misiku sudah accomplished, tapi yang Kak Syir belum. Aku nggak enak.

Setelah mengitari gedung itu, masalah lain muncul. Ini bukan jalan yang kami harapkan. Ini di pintu keluar karyawan.

Oh, tidak....

Kaki sudah mau copot (malah nggak bawa obeng untuk ngencengin baut di lutut). Ya sudahlah, Kak Syir tinggal yang harus melakukan konsolidasi dengan temannya. Aku tinggal pulang....

Oh, astaghfirullah.. Pulang lewat mana?

Waktu sebelum sampai ke situ, aku seharusnya naik kopaja 66 untuk pulang ke dekat kampus. Tapi, ini bukan gerbang tadi. Posisinya beda, bagaimana ini? Di luar gerbang itu ada halte busway JCC Senayan.

"Udah, naik busway aja, lebih aman" kata Kak Syir, tapi aku bingung. Aku nggak tahu trayeknya. "Aduh, gampang, nanti arah sana tu udah Gatot Subroto, berhenti di halte Tegal Parang", kata Kak Syir. Ya, asal dekat kampus aku bisa mencari jalan pulang.

Ya, setelah diusir satpam, karena kami duduk di depan pos satpam haha, sinyal untuk cepat-cepat pulang, walaupun aku gak enak, aku merasa tanggung jawabku belum selesai, sedangkan busway hanya sampai pukul 22.00, waktu sudah menunjukkan 21.20, waswas sudah pasti.

Ya, aku gak tahu jalan lain untuk pulang. Terpaksa aku pulang duluan.

Ternyata, JCC dan kampusku itu tidak terlalu jauh, ya ampun. Kalau naik busway tinggal lurus, tanpa transit.

Peta dari Patung Pancoran (Kampus Paramadina hanya sekitar 500 m dari situ) ke Jakarta Convention Center, garis biru adalah jalurnya, lihat antara titik A dan B. (klik untuk memperbesar)


Ya, hikmah pengalamanku tadi malam adalah sering-sering buka Google Maps, coba-cobalah untuk pergi-pergi, tapi tetap hati-hati.

Dan aku sampai di rumah sekitar pukul 22.00 lewat, dengan kaki nyaris copot. Sudah duduk cuma 10 menit sebelum diusir satpam dan di busway tidak dapat tempat duduk. Berarti waktu berdiri mungkin ada 2 jam. Dan dari Halte Busway Tegal Parang ke tempat tinggalku di dekat kampus itu harus ditempuh jalan kaki 15 menit. Lemas sudah pasti.

Oke, bagaimana nasib orang yang menemaniku?

Kak Syir tidak jadi ketemu temannya, dan pulang sendiri akhirnya.

Hadeh, perjalananku yang sebenarnya dekat sekali mengorbankan orang lain. Ini akibatnya kalau kebanyakan mikir, tapi tidak efisien. Seharusnya waktu gerak di JCC lebih cepat kalau aku bisa berpikir sistematis.

Ya, terima kasih banyak buat Kak Syir, ada pelajaran juga yang aku dapat tadi malam.

Jadi, barangkali, persingkat waktu berpikir, berpikir sistematis dan efisien penting untuk menghindari kejadian yang sama. Dan jangan malu bertanya, karena malu bertanya, jalan-jalan deh alias nyasar.
Monday, February 28, 2011 0 comments

Deadliner...

Udah lama nggak nge-blog. Seketika tiba nge-blog, eh tulisan begini yang terpikir:

Definisi deadliner adalah seseorang yang baru mengerjakan tugas yang sudah didapatkannya sejak lama pada H-1 dari hari pengumpulan tugas.

Sudah berminggu-minggu ini definisi deadliner melekat erat pada diriku...

Saking parahnya, kemarin aku mengerjakan paper dan presentasi bersama temanku dalam 1 malam. Bahan tulisan sekitar 50 halaman, dan itu akan dipresentasikan di pagi harinya.

Ya ampun, apa ini....

Paper itu selesai, 16 halaman, presentasinya juga selesai. Tapi, istirahatku yang belum selesai. Mulai bekerja pukul 10 malam kemudian tertidur jam 1.30 dinihari sampai pukul 3. Lalu, kerja lagi dan tidur sehabis shalat shubuh.

Efeknya, terasa sampai sekarang. Karena secara simultan, aku pasti tertidur siang hari karena kelelahan, dan itu menghambat waktu tidur malam. Begitu seterusnya...

Inikah pola hidup mahasiswa?

Posting ini adalah deklarasi usaha pengubahan diri. Kalau ini berlanjut, begitu banyak keselamatan yang terancam. Ancaman hilangnya kesehatan, ancaman dapat nilai buruk karena baca bahan 50 halaman hanya semalam, ancaman anggapan buruk dari masyarakat. Orang model apa keluyuran jam 3 pagi untuk cari warnet buka untuk nge-print?

Bismillah, harus berubah, berubah, berubah.

Jangan tiru aku. Itu saja.
Friday, January 21, 2011 2 comments

Target, and Goal

Ini adalah pencerahan yang menurutku sangat menarik. Dialog ini terjadi di lantai 6 sebuah gedung di daerah Mega Kuningan, Jakarta Selatan, Hari Kamis, sekitar jam 5 sore.

Seseorang bertanya padaku, "Imam, kamu 10 tahun ke depan nanti jadi apa?"

Well, bingung juga jawabnya

"Belum tahu, pak" (beliau yang bertanya padaku adalah Bapak Budi Hartono, seorang yang ku kenal saat bekerja bersama teman-teman Paramadina, menjadi panitia di acara book launching Indonesia Global Compact Network).

Ya, aku jadi bingung juga. Bagaimana menjawab pertanyaan model berikut.

Pak Budi pun melanjutkan.

"Kamu pernah main bola?"

"Ya pak", jawabku.

"Waktu kamu main bola, apa yang pertama kali kamu lakukan bersama teman-temanmu?"

Apa ya? Aku gak suka bola... tetapi ternyata, jawabannya di luar dugaan, sesuatu yang pasti diketahui oleh siapapun..

Jawaban itu adalah: Mengeset gawang..



Gawang (goal), wah sebuah analogi yang tepat sekali.

Beliau melanjutkan

"Dengan membuat gawang, permainan menjadi jelas. Coba kalo gak ada gawang. Mau ngapain? Permainannya jadi gak jelas. Sama dengan kita. Dengan adanya tujuan yang jelas, hidup kita jadi tidak terombang-ambing."

Benar sekali, terkadang sering juga terbesit pikiran seperti itu, tapi kemudian pikiran dengan mudah menepis, "Ah, ngapain dipikirin"..

Beliau lalu melanjutkan

"Walau ada tujuan, kita juga harus menetapkan targetnya. Misal, ada orang bilang, 'saya mau punya rumah bagus'. Oke, tapi kapan realisasinya? Kalau target waktunya tidak ditetapkan, kita tidak tahu kapan itu akan terwujud. Apa yang kita pikirkan sekarang tentang diri kita di masa depan, maka seperti itu pulalah jadinya. Kamu bingung mau jadi apa? Ya, begitu pulalah kamu nanti di masa depan."

Aduh, terasa dilempar batu tepat di kepala...

Benar sekali, kapan realisasinya? Mau jadi apa kita 10 tahun ke depan? Itu merupakan pertanyaan yang sangat penting untuk di jawab. Tidak, bukan hanya di jawab, tetapi dicatat, dicermati, dan diwujudkan.

Dulu aku pernah mengepos 3 tulisan tentang membuang-buang waktu. Kini, hal itu Insya ALLAH tidak akan terjadi lagi.

Yuk, pikirkan dari sekarang.

Mau jadi apa kita 10 tahun ke depan?
Monday, January 10, 2011 1 comments

A Song In Saturday Night - Amigos Para Siempre

Ini adalah kemungkinan kerjaan orang yang tidak punya banyak opsi acara di malam minggu (tidak mengapeli dan tidak diapeli, haha): nyanyi pake gitar rame-rame.

Lagu ini pernah dibawakan Paramadina Choir saat acara wisuda di Universitas Paramadina Oktober tahun lalu, namun sayangnya lagu ini menyimpan kenangan buruk.

Saat Paramadina Choir tengah menyanyikan lagu ini (dan pada saat itu baru masuk reff), tiba-tiba sound yang menuju ke kami dan ke piano pengiringnya diputus, digantikan dengan lagu band. Bingunglah kami, dan dengan kebijaksanaan, conductor kami menghentikan penampilan kami.

Dengan lagu yang sama nadanya dengan waktu wisuda, aku dan 2 orang teman seasrama menyanyikannya kembali.

Silakan download hasil rekaman kami bertiga di bawah ini:
VoiceM_A0067.amr
VoiceM_A0068.amr
VoiceM_A0069.amr
VoiceM_A0070.amr

Cara download 4 file di atas, klik kanan, terus pilih "Save target as.." atau "Save link as.." atau sesuatu yang serupa. Kemudian pilih tempat penyimpanan yang sesuai dengan Anda, dan klik Save. Anda sudah men-download file-file di atas.

Atau versi mp3-nya biar lebih gampang, udah di zip, ukurannya sekitar 10 mega.:
Download di sini

Sebenarnya, download file *.amr-nya saja. Kalau Anda menggunakan Windows 7, Windows Media Player bisa membukanya. Atau, Anda juga bisa pakai Media Player Classic untuk membukanya.

Ini deskripsi dari 4 file di atas:
voiceM_A0067 - Anda akan mendengar intro, dan kemudian awal-awal menyanyi. Tapi, waktu itu aku salah kunci :P. Kunci yang seharusnya dimainkan untuk lagu ini adalah A C#m Bm Dm A, dan waktu itu yang dimainkan adalah A Bm.... riuhlah semuanya. Dengarkan saja biar lebih seru :)

voiceM_A0068 - Di sini kemajuan telah terjadi. Kunci tidak salah, tapi banyak suara yang ngawur. Lagu ini saat reff memiliki 2 jenis suara (untuk versi choir) tapi di sini ada 3 suara karena salah satu personil kami mengikuti nada pada salah satu video di youtube. Dengarkan saja biar jelas yang mana...

voiceM_A0069 - Well, harmonisasi telah terjadi. Mungkin ini adalah file yang terbaik di antara 4 file yang ada.

voiceM_A0070 - Ini rekaman terakhir. Sama saja dengan versi yang voiceM_A0069, hanya saja ada sedikit miss nada saat overtune.

Gitar dimainkan oleh: Imam Hidayat (ikut bernyanyi juga tapi)
Dua suara yang lain: Gema Wahyudi dan Emanuel Agung Cahyono

Mungkin ada yang mau ikut menyanyi, ini liriknya:

I don't have to say a word to you
You seem to know whatever mood I'm going through
Feel as though I've known you forever

You can look into my eyes and see
The way I feel and how the world is treating me
Maybe I have known you forever

[*]

Amigos para siempre means you'll always be my friend
Amigos para siempre means a love that cannot end
Friends for life not just a summer or a spring
Amigos para siempre

I feel you near me even when we are apart
Just knowing you are in this world can warm my heart
Friends for life not for a summer or a spring
Amigos para siempre

[end of *]

We'll share memories I won't forget
And we'll share more my friend we haven't started yet
Something happens when we're together

When I look at you I wonder why
There has to come a time when we must say goodbye
I'm alive when we are together

[Goto *]
[Overtune, naik 1 1/2 laras]
[Goto *]

Amigos para siempre 

Lagu ini bagus sekali kalau dinyanyikan oleh couple. Dan kali ini, yang menyanyikannya adalah 3 orang jomblo haha..

Enjoy our voice! 
Friday, January 7, 2011 0 comments

Deep Means Inside a Song - Make a Wave

Seringnya, kalau bertemu dengan lagu Indonesia, tema-tema umum dan khususnya nyaris sama: jatuh cinta, patah hati, and some other things that related each other with that kind of things. Semua sama, jarang ada lagu yang bisa memberikan sebuah filosofi yang dalam.

Ada satu lagu yang memiliki makna yang menarik di dalam liriknya, lihat berikut ini:

They say the beat of a butterflies wings
can set off a storm a world away

What if they're right and the smallest of things
can power the strongest hurricane

What if it all begins inside
We'd hold the key that turns the tide

[Chorus]

Just a pebble in the water
Can set the sea in motion
A simple act of kindness
Can stir the widest ocean

If we show a little love
Heaven knows what we could change
Just a pebble in the water
Make a wave, make a wave...

[End of Chorus]

The single choice to take a stand
Reach out your hands to someone in need
(help somebody)
Don't fool yourself and say you can't
You never know what can grow
From just one sea

So come with me and seize the day
This world may never be the same

[Go to Chorus, End]



Cari saja lagunya di Google, dinyanyikan oleh Joe Jonas dan Demi Lovato. Enjoy!
Wednesday, January 5, 2011 0 comments

Converting Subject

According to the previous post, then
I would like to convert the subject in my post after this post.

From using 'saya' become using 'aku'.
It's part of the transitional state.

Let's say goodbye for the too-formal language.
Converting subject is executed from now.

"Aku"
Imam Hidayat
0 comments

Transitional State

Dulu...

Saya hidup di wilayah persaingan ketat, primitif. Olimpiade fisika, keorganisasian, debat, dan karya tulis, dulu begitu senang rasanya, dan mudah.

Tapi, kini...

Start from zero, bergaul di lingkungan yang belum pernah disinggahi sebelumnya, asing, dan berbeda. Hidup terbuka, gaya bicara 'gue loe', gaya hidup kota, polusi, jauh dari orang tua, jauh dari mana-mana (Jakarta), keras lingkungannya..

Saya dulu hidup di wilayah sains, dan kini hidup di wilayah non-sains. Olimpiade fisika lawan paduan suara, gimana coba?

Paramadina, kini adalah lingkungan hidup saya. Di sana, orang begitu bebas menyampaikan sikap. Unit kegiatan yang ada di sana lebih ke menuju ke sosial dan seni: teater, tari, bahasa, paduan suara, capoeira, diskusi budaya, well..

Saat ada peringatan, entah hari apapun itu, paramadina merayakannya tidak dengan MC berbusana rapi atau berkebaya, namun dengan baju dandanan nyentrik sambil berpuisi. It's a shock.

What should I do?

Apa yang ALLAH rencanakan untuk saya?

Tentu, ada...

Sebenarnya, mana yang lebih mudah ditangani, masalah sains atau sosial? Jawabannya adalah masalah sains.

Di sains, semuanya jelas, berapa besar gravitasi bumi, diameter bumi, jarak bumi ke matahari, berat air setiap 1 meter kubik, nomor atom natrium...

Sedangkan, di sosial, semuanya serba abstrak. Tak ada kepastian. Semua berada dalam pernyataan kemungkinan dan probabilitas. Berapa jumlah orang baik setiap 10 orang? Tidak ada yang bisa jawab. Bahkan, apa itu orang baik? itu relatif.

Saat suatu wadah bocor dengan diameter kebolongan tertentu, saintis tinggal mencari perangkat untuk menutup lubang itu. Tapi, kebocoran sosial? Siapa yang bisa menambalnya?

Masalah sains yang berdampak besar apa misalnya? Pengembangan nuklir, global warming, rata-rata dampak efeknya baru akan benar-benar terasa puluhan tahun ke depan, bahkan lebih. Namun, ketika ada sedikit masalah sosial, pencurian, kekerasan, orang tidak perlu menunggu sekian tahun. Saat itu juga akan terasa.

Hai Imam, kini kamu diajari untuk menyikapi sesuatu lewat perasaan dan toleransi, tidak dengan pertimbangan ilmiah yang berlebihan. Kadang teori ilmiah, lebih terasa seperti dengungan nyamuk di masyarakat jika tak ada implementasinya.

Memang benar. Saya hidup nanti di masyarakat, tidak di dalam operating system komputer.

Ya, sudahlah. Mari menunggu hasil transisi ini.
Saturday, January 1, 2011 1 comments

Kaleidoskop 2010 - Mengenang Perjuangan, Mempersiapkan Masa Depan

Malam ini, sebuah tahun yang paling berkesan dalam hidup saya akan berakhir, digantikan oleh sebuah tahun yang seharusnya menjadi terbitan baru dari resolusi diri saya di masa depan.

Mengingat berada di akhir tahun, rasanya ingin sekali mengingat semua perjuangan yang telah terjadi di tahun ini.

Tahun ini adalah akhir dari era abu-abu. Ya, era SMA yang menyenangkan. Setelah berkutat dengan kertas ujian selama satu minggu, sekolah yang tercinta pun mulai ditinggalkan. Sekitar bulan Maret yang lalu, saya mulai berjuang keras, mencari kuliah untuk melanjutkan studi saya.

Teman-teman abu-abu saya :)

Studi saya, dibatasi oleh kendala finansial. I was not only just thinking about how to pass the enrollment test, but also about how to avoid the cost. Saya anak pertama, saya penopang punggung keluarga, kurang dari 5 tahun ke depan.

Berangkat dengan segala keterbatasan biaya, dan dengan impian bisa melanjutkan studi, saya mencari universitas-universitas untuk didaftari. Saya mengikuti beberapa program beasiswa di beberapa universitas seperti Universitas Paramadina, President University, dan Universitas Teknologi Yogyakarta. Selain itu, saya juga mengikuti program beasiswa D3 Metrologi ITB, yakni beasiswa penuh untuk belajar (tanpa living cost) yang diselenggarakan oleh ITB dan Departemen Perdagangan. Selain itu, saya juga mengikuti program beasiswa ke Malaysia yang diselenggarakan Bank CIMB Niaga, serta program beasiswa ke Jepang, Monbukagakusho.

Dan tidak lupa, mengandalkan SNMPTN untuk mengejar Teknik Informatika Universitas Bengkulu.

Ujian dilaksanakan di berbagai kota. Menyenangkan juga, bepergian ke luar kota sendiri, dan tidak ke satu kota saja. Pengalaman indah sekali.

Dari seluruh universitas yang saya daftari, yang paling saya harapkan adalah Universitas Paramadina. Mengapa? Karena program beasiswanya yang sangat komprehensif.

Paramadina, lewat program Paramadina Fellowship menerima sampai 100 orang mahasiswa yang akan dibiayai penuh, dari biaya sekolah sampai biaya hidup. Selain itu, juga akan diberi koneksi ke berbagai macam link yang tersedia di Jakarta, baik dari korporat, maupun lainnya.

Dana beasiswa berasal dari donor yang berasal dari tokoh-tokoh wirausahawan dan korporat yang namanya besar. Setiap mahasiswa yang diterima akan memiliki donor sendiri yang tidak hanya memberikan dukungan finansial, namun juga dukungan moral untuk pengembangan diri.

Kuliah dijatah hanya selama 3.5 tahun, dan itu sangat memacu sekali. Universitas ini kecil dan unik, dan dikepalai oleh seorang yang terkenal di bidang pendidikan, Bapak Anies Baswedan, Ph. D., seseorang yang juga merupakan tokoh idola saya.

Bagaimana proses seleksinya? Pendaftar mengirimkan berkas untuk diseleksi dan kemudian yang lolos akan di-interview.

Alhamdulillah, saya lolos tahap seleksi berkas dan berhak mengikuti interview. Ada cerita menarik saat interview ini.

Saya mendapatkan giliran interview via phone dan diberi giliran antara pukul 9 sampai 12 siang, menurut pemberitahuan. Kebetulan pada hari itu, siang harinya saya harus berangkat ke Palembang, untuk mengikuti seleksi program beasiswa ke Malaysia yang diselenggarakan Bank CIMB Niaga.

Saya resah sekali dalam rentang waktu 3 jam itu. Kamar saya tutup dan handphone saya pegang erat-erat. Lama sekali rasanya waktu itu, dan akhirnya sampai pukul 12 saya tidak ditelepon sama sekali.

Walau bingung, saya tidak bisa berbuat apa-apa. "Barangkali besok..." pikiran saya waktu itu. Ternyata tidak.

Saat saya sedang di jalan menuju pool bus Putra Rafflesia, yang akan mengantarkan saya ke Palembang, masuklah telepon dengan 3 nomor awal 021. Ya ampun, ini pasti dari Paramadina, dan ternyata: benar.

Saya sedang di angkot waktu itu, dan akhirnya saya minta dispensasi 20 menit sebelum memulai interview agar saya bisa duduk dengan nyaman. Well, ternyata tidak benar-benar nyaman. Saya naik bus ekonomi waktu itu. Penumpang penuh, dan suara mesin menderu tak karuan. Tak ada AC. Hanya bismillah saja yang bisa mengantarkan saya untuk memulai interview, di atas bus yang berjalan itu, selama 40 menit.

Ya, dengan selesainya interview itu, saya hanya bisa pasrah menunggu hasil.

Di Palembang, saya mengikuti tes beasiswa ke Malaysia. Saya lulus sampai hanya sampai tahap 2, yang isinya penilaian diskusi dan tes psikologi.

Setelah itu, melanconglah saya ke beberapa kota, dengan kendaraan darat dan laut. Trip pertama saya adalah ke President University. Tes di sini mengesankan, karena tempatnya bagus, dan pesertanya (bahkan yang ikut tes beasiswa) berpenampilan mewah. Well, mungkin perasaan saya saja. Saya diterima beasiswa kategori dua, yakni kuliah full dengan dengan 'hanya' membayar Rp. 60 jt rupiah.

Dokumentasi di depan Taman Pintar Yogyakarta

Selanjutnya, ke Yogyakarta. Saya ditemani dengan beberapa teman saya di sana. Ada satu teman saya yang baik sekali memberikan akomodasi selama saya di sana (transportasi, penginapan). Anda bisa kunjungi link ini : Abetia Fitriani

Di sana, saya melakukan tes untuk Metrologi ITB, dan Universitas Teknologi Yogyakarta. Alhamdulillah, saya lulus Metrologi ITB, sayangnya setelah dipikirkan baik-baik, saya tidak mengambilnya karena besarnya biaya hidup di Bandung.

Saya sempat mengunjungi kota kelahiran saya di Solo, Jawa Tengah. Saya tidak pernah ke sana semenjak tahun 2006. Kota itu telah banyak berubah. Senang sekali rasanya bisa mengingat masa kecil saya ketika tinggal di situ, masa kecil yang indah. 

Tanggal 17 Juli, pengumuman SNMPTN keluar. Saya diterima di Teknik Informatika Universitas Bengkulu, dan kemudian memutuskan untuk daftar ulang di sana.

Bersama keluarga tercinta di rumah eyang di Solo

Ternyata, tanggal 31 Juli, saya dinyatakan diterima di Universitas Paramadina. Sujud syukur langsung saya lakukan. Alhamdulillah, senang sekali impian atas pilihan utama saya menjadi kenyataan.

Tanggal 15 September 2010, saya meninggalkan Bengkulu untuk melanjutkan kuliah saya ini.

Di atas pesawat, di dalam hati, saya menggumamkan beberapa patah kata ini :

"
perjalanan ini adalah perjalanan yang berat..
perjalanan berat yang diiringi air mata ibu, ayah, dan adik tercinta
perjalanan berat yang membuat aku harus berbohong tegar, meninggalkan keluarga tercinta, walau hati menangis terluka
perjalanan berat yang harus kutempuh setelah melewati banyak cobaan..

namun, sesulit apapun nanti, akan kutempuh
demi mereka yang kucintai, tulus di dalam hati..

Ya ALLAH, iringilah jalan hamba..
Jagalah mereka ya ALLAH, karena kini doa hamba saja yang bisa menjangkau mereka
Lindungilah mereka, karena kini hamba tak bisa mencurahkan jiwa dan raga hamba untuk melindungi mereka


Kabulkanlah ya ALLAH...
"

Tanggal 16 September 2010, saya untuk pertama kalinya masuk ke Universitas Paramadina. Universitas Paramadina terletak di Jakarta Selatan, dekat sekali dengan patung pancoran yang sedang berpose menunjuk ke arah utara. Hanya sekitar 500 meter dari situ, menurut rambu lalu lintas.

Kini, saya tinggal di asrama bersama 23 teman saya yang datang dari berbagai wilayah di Indonesia: dari Aceh, sampai yang terjauh di Makassar. Kepribadian mereka yang unik membuat hidup ini menjadi semakin bermakna.

Bersama teman-teman Fellows Paramadina 2010

Sayang, saya kurang amanah memandang keberuntungan ini, sehingga hasil belajar saya kurang maksimal di sini. Kini, saya harus berjuang menghadapi UAS tanggal 10 Januari, untuk memperbaiki nilai saya yang terlanjur terbanting karena manajemen waktu yang sangat buruk.

Tahun 2010 begitu berkesan, maka seharusnya demikian juga tahun 2011. Perjuangan akan dimulai kembali, perjuangan untuk menentukan masa depan.

Dengan berakhirnya tahun 2010, maka tertutuplah kesempatan untuk mendapatkan kembali waktu-waktu yang telah terlewati. Kini, penyesalan atau kegembiraan kedepan, ditentukan mulai dari sekarang, di awal tahun yang gegap gempita ini.

Selamat Tahun Baru 2011. Mari berusaha untuk menjadi lebih baik :)
 
;