Friday, March 18, 2011

Dilema Idealis

Menjadi orang yang idealis adalah sebuah penderitaan tersendiri. Aku sendiri yang nyaris tergolong kesitu merasakan dampaknya secara umum: ingin bekerja sendiri, tidak percaya dengan orang lain, ingin semuanya perfect...

Baguskah yang seperti ini?

Tidak juga.

Menjadi idealis tidak apa-apa, jika seseorang memang mampu menjadi idealis. Masalahnya adalah, ketika ada orang yang menjadi idealis tapi memiliki derajat motivasi yang rendah, ia akan stres sendiri.

Contoh simple saja. Anggap ada sebuah kelompok dengan beberapa anggota yang salah satu anggotanya adalah orang idealis. Setiap anggota kelompok mendapatkan jatah kerja sendiri-sendiri, berbagi tugas. Biasanya sang idealis adalah leader-nya.

Akhirnya, di akhir waktu, sang leader mendapatkan hasil kerja teman-temannya. Tibalah pada proses editing tugas.

Percaya atau tidak, sang idealis biasanya merasa ada banyak yang tidak sesuai dengan pemikirannya dan kemudian mengedit seluruh tugas itu sendirian.

Sulit....

Sedangkan, kalau bekerja perseorangan, ketika mengerjakan suatu project misalnya, biasanya sang idealis akan berpikir keras. Ia ingin menciptakan sesuatu yang sempurna, berbeda, dan menarik.

Tapi, terkadang hal itu tidak tercapai. Ia malah tidak mengerjakan apa-apa.

Jadi, baguskah idealis?

Bagus, hanya saja butuh motivasi ekstra untuk menjaga agar ide selalu cemerlang dan tidak malas. Itu resiko, orang yang idealis banyak perannya. Tapi, pada peranan yang salah, ia pula yang merusak segalanya.

Ya, brainstorming di pagi hari yang cerah ini.

No comments:

Post a Comment

 
;